REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya harga daging sapi diperkirakan masih akan berlangsung lama. Setidaknya, akan terus terjadi sampai semester dua 2013.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengimpor Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring mengatakan, mahalnya harga karena kelangkaan daging sapi. Tren ini pun sudah terlihat sejak Januari lalu.
Thomas menjelaskan, tingginya harga daging sapi ternyata tidak hanya terjadi di kota-kota non-produsen sapi. Di kota sentra produksi sapi pun, harga daging sapi melambung.
Mengutip harga daging rata-rata dari BPS per Januari, harga daging di Yogyakarta mencapai Rp 90 ribu dan di Surabaya Rp 81 ribu. Padahal, Yogyakarta merupakan daerah yang cukup dekat dengan sentra sapi di Boyolali.
Harga daging paling murah ada di Bali yang berkisar Rp 61 ribu. Itu pun lantaran masyarakatnya tidak mengonsumsi daging sapi.
"Kenaikan harga daging bukan hanya terjadi di Jawa. Ini bukan disebabkan oleh permainan pedagang," ujar Thomas, Rabu (6/2).
Ia pun mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah mengatasi tingginya harga daging sapi. Misalnya, menata roadmap permintaan dan ketersediaan daging agar tidak merugikan masyarakat.
Pada 2013, Indonesia mengimpor 32 ribu daging sapi beku. Sebanyak 19.500 ton daging akan tiba di semester satu. Sisanya, 12.800 akan tiba di semester dua.
Padahal, kata dia di semester dua akan ada puasa dan hari raya Idul Fitri yang notabene kebutuhan daging meningkat. Dengan alokasi impor daging yang lebih sedikit di semester kedua, ia khawatir harga daging terus akan melambung.