Rabu 06 Feb 2013 16:13 WIB

Indonesia Masih Butuh 13,5 Juta Unit Rumah

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Perumahan, ilustrasi
Perumahan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Tabungan Negara (BTN) mendata permintaan perumahan di Indonesia mencapai 800 ribu unit per tahun. Keperluan yang baru bisa disuplai adalah 400 ribu unit per tahun. Artinya, ada kekurangan (backlog) 400 ribu unit rumah per tahun.

Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan hal ini menjadikan potensi kekuatan bagi pengusaha dan pengembang untuk memenuhi permintaan rumah pertahunnya. Sejak 2009, jumlah backlog perumahan di Indonesia sudah mencapai angka 13,5 juta unit.

"Jumlah tersebut dari tahun ke tahun meningkat. Jika suplai dan permintaannya tak terpenuhi, maka harga perumahan akan meningkat tajam," kata Maryono di Gedung DPR Jakarta, Rabu (6/2). Pembiayaan perumahan di BTN saat ini sebesar 70-80 persen pembeliannya melalui skema kredit perumahan rakyat (KPR) dan kredit tanpa agunan (KTA).

Jika dikaitkan dengan pertumbuhan pembiayaan perumahan, sejak 2003-2011 rata-rata 30 persen. Artinya, pembiayaan perumahan sangat positif sehingga menjadi potensial bagi bank.

Kredit pembiayaan perumahan dan properti di Indonesia terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita masih 2,3 persen. BTN memproyeksikan untuk saat ini dan beberapa tahun mendatang, Indonesia masih jauh dari ancaman bubble ekonomi.

Maryono membandingkan dengan Filipina, penyaluran kredit perumahannya mencapai 2,5 persen terhadap PDB. Berikutnya Malaysia 29,7 persen, Singapura 40,4 persen, dan Amerika Serikat 88,5 persen. "Jika ada yang mengatakan kredit perumahan kita bubble maka itu salah. Indonesia masih 2,3 persen dan masih jauh dari itu," ujarnya.

Pertumbuhan kredit BTN selama tiga tahun terakhir rata-rata 25 persen. Jika dirinci, pembiayaan KPR subsidi hanya 11,3 persen. Namun demikian, BTN telah menyerap KPR pemerintah rata-rata 90 persen. Pada 2012, posisinya sudah 98 persen.

KPR nonsubsidi BTN bertumbuh 31,3 persen. Artinya, kontribusi kredit BTN subsidi dan nonsubsidi sudah didominasi nonsubsidi (65 persen). Pembiayaan BTN untuk perumahan turun dari 93,6 persen pada 2009 menjadi 86,8 persen pada 2012. Namun, itu bukan berarti BTN akan keluar dari segmen perumahan.

"Sebanyak 15 persen sisanya itu rencananya kami akan masuk ke segmen bisnis properti," katanya. Misalnya pembiayaan kawasan industri, infrastruktur, dan pembiayaan UKM perumahan. Rasio kecukupan modal (CAR) BTN saat ini di atas 17 persen dan merupakan yang tertinggi di antara bank-bank BUMN lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement