REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan mengingatkan ancaman defisit neraca perdagangan nonmigas yang belum pernah terjadi dalam sejarah ekonomi Indonesia. Sebab, pada 2012, untuk pertama kalinya APBN mengalami defisit primary balance.
Defisit primary balance merupakan pendapatan negara dikurangi pengeluaran (tidak termasuk bunga). Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, mengatakan untuk pembayaran bunga utang Indonesia pada 2012, sebagiannya dilunasi dengan berutang.
Ini juga akibat defisit transaksi berjalan (current account) yang secara keseluruhan pada 2012 defisitnya mencapai 2,7 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). "Ini angka yang cukup tinggi, mendekati ambang kurang baik, yaitu tiga persen," kata Mahendra di Jakarta, Rabu (6/2).
Menariknya, kata Mahendra, neraca perdagangan total migas dan nonmigas, untuk pertama kalinya sejak 1961 mengalami defisit. Jika tren ini terus berjalan, bukan tak mungkin Indonesia tahun ini akan mengalami defisit neraca perdagangan nonmigas yang tak pernah terjadi dalam sejarah perekonomian nasional.
Meski defisit transaksi berjalan sudah di ambang tiga persen, salah satu cara mengatasinya, kata Mahendra, adalah mengendalikan subsidi BBM. Hingga saat ini, arahan Kementerian Keuangan adalah mengendalikan volume BBM subsidi.
Kementerian Keuangan juga melihat besaran subsidinya. Pemerintah harus menjaga volume yang baik, termasuk mendorong inisiatif pemerintah daerah. Mahendra mengatakan ada beberapa pemda yg melakukan program pengendalian yang berdampak pada pengurangan pemakaian BBM subsidi.