REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) Bank OCBC NISP fokus pada pemberdayaan office channeling di 2013. Penggunaan cabang bank konvensional ini diyakini mempercepat pertumbuhan perbankan syariah.
Head of Syariah Business Unit OCBC NISP Koko Tjatur Rachmadi mengatakan di tahun ini, UUS OCBC NISP menargetkan sekitar 230 office channeling. Saat ini jumlah office channeling UUS OCBC NISP berjumlah 191. "Kami tidak akan menambah kantor cabang, tetapi lebih memberdayakan office channeling," ujarnya saat berbincang dengan ROL, Selasa (5/1).
Pemberdayaan office channeling tahun ini diantaranya dilakukan di Jakarta, Medan, Makassar, Surabaya, Semarang dan Bandung. Koko menyebut Teknologi informasi (IT) tidak menjadi persoalan dalam pemberdayaan office channeling. "Dari sisi IT, ATM dan mobil banking, semua aman," katanya.
UUS OCBC NISP menargetkan pertumbuhan aset 40 persen. Saat ini aset sekitar Rp 1,5 triliun. Koko menyebut kondisi perekonomian global tidak terlalu banyak berdampak pada industri syariah di Indonesia. Justru yang menjadi kekhawatirannya adalah kehidupan politik Indonesia pada Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden 2014.
Pertumbuhan UUS OCBC NISP per 31 Desember 2012 sangat menggembirakan. Target pertumbuhan aset 2012 sekitar 30 hingga 38 persen. Hingga akhir 2012, prosentase tersebut berhasil dicapai, bahkan dilampaui. "Terlampaui hingga dua kali lipat dari target," ucap Koko.
UUS OCBC NISB juga mencatat kinerja positif di 2012. Aset tumbuh 74 persen, funding meningkat 78 persen dan financing (pembiayaan) tumbuh paling besar yaitu 225 persen. Namun begitu, kata Koko, angka tersebut masih kecil yakni di bawah Rp 1 triliun.
UUS OCBC NISP masih menjadikan produk dengan akad musyarakah mutanaqisah (MMQ) menjadi produk andalan dari sisi pembiayaan. Sementara dari segi funding, wadiyah lah yang digadang-gadang menjadi unggulann. Wadiyah, kata Koko, menyumbang sekitar 80 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK).