REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Nigeria sepakat untuk meningkatkan nilai perdagangan antar kedua negara menjadi lima miliar dolar AS dalam tiga tahun ke depan. Kesepakatan ini dicapai pada saat pertemuan bilateral Mendag RI Gita Wirjawan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri dengan Menteri Perdagangan dan Investasi Nigeria Olusegun Olutoyin Aganga, Sabtu (2/2), di Abuja, Nigeria.
Kesepakatan lainnya yang dicapai dalam pertemuan bilateral tersebut yaitu pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA). Atau perjanjian perdagangan tertentu dan task force untuk membuat roadmap pengembangan perdagangan dan investasi antara kedua negara.
"PTA dengan Nigeria adalah langkah yang tepat untuk dapat mengembangkan pasar produk industri Indonesia ke pasar-pasar non tradisional yang selama ini sulit ditembus," ujar Gita di Jakarta, Senin (4/2).
Selain meningkatkan nilai, Gita juga menekankan pentingnya dilakukan 'rebalancing’ perdagangan yang menguntungkan kedua negara. Menteri Perdagangan dan Investasi Nigeria menyambut baik kesepakatan tersebut. Menurutnya, perlu dilakukan pembuatan rencana aksi untuk meningkatkan nilai perdagangan.
Total nilai perdagangan Indonesia-Nigeria pada 2011 mencapai 2,1 miliar dolar. Sementara pada periode Januari-Oktober 2012, perdagangan keduanya mencapai 2,7 miliar dolar. Dalam hal ini, Indonesia selalu mengalami defisit rata-rata sekitar 1,5 miliar dolar setiap tahunnya karena impor minyak dari Nigeria.
Di bidang investasi, tercatat sekitar 11 perusahaan Indonesia telah menanamkan modalnya di Nigeria, khususnya di bidang makanan, polypropylene, obat-obatan, deterjen dan sabun, lampu pijar dan produk kimia lainnya.
"Potensi pasar Nigeria cukup besar karena jumlah penduduknya besar dan daya beli masyarakatnya juga terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonominya. Kebijakan perdagangan saat ini sangat menentukan arah investasi Indonesia di Nigeria ke depannya," ujar Kepala BKPM Chatib Basri.