Ahad 03 Feb 2013 14:10 WIB

Philips Lepas Unit Bisnis Home Entertainment

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Logo Philips
Foto: snapdeal.com
Logo Philips

REPUBLIKA.CO.ID,  AMSTERDAM –Philips Elektronik menyerah mengikuti perang inovasi di bisnis konsumer elektronik. Perusahaan elektronik asal Belanda ini memilih menjual bisnis audio dan video kepada Japans Funai Electric Co seharga 150 juta dolar AS, pekan lalu.

Keputusan ini memantapkan Philips untuk hanyaberkonsentrasi produksi alat-alat rumah tangga dan alat kesehatan saja. Padahal, selama bertahun-tahun, Philips dikenal sebagai penghasil produk entertainment seperti set televisi, pemutar CD dan DVD berkualitas tinggi.

Rupa-rupanya Philips cukup ngos-ngosan untuk bisa bersaing melawan produk-produk manufaktur asal Asia seperti Samsung Electronics dan LG Electronics. Jika Samsung dan LG terus menerus melakukan ekspansi, Philip justru menjual aset dan memotong produksi.

Tahun lalu, produsen lampu terbesar di dunia ini pun sudah menjual sebagian aset dalam bentuk joint venture ke perusahaan berbasis TPV di Hong Kong. Philips masih memiliki 30 persen saham di perusahaan tersebut. Kini, semakin banyaknya konsumen menuntut perkembangan untuk fasilitas online, musik, games dan film Philips justru memutuskan untuk mundur dari bisnis home entertainment ini.

CEO Philips Frans van Houten mengatakan di internal perusahaannya, penjualan alat yang berbasis hiburan justru kian tidak menguntungkan. Penjualan televisi Philips, misalnya, mencatat angka kerugian. Di masa depan, kata van Houten seperti dikutip Reuters, divisi konsumen akan fokus pada peralatan seperti alat cukur dan sikat gigi listrik. “Ini merupakan selesar baru dari konsumen,” ujar dia.

Dua kelompok produk ini disebut sebagai peluang pasar yang paling menjanjikan. Selain itu, alat pembuat kopi dan jus juga menjadi andalan dari penjualan produk Philips. Tahun lalu, penjualan alat cukur mencapai 10 juta unit di Cina.

Masalah di bisnis televisi ini juga menggerus keuntungan Philips pada kuartal keempat 2012 lalu. Secara keseluruhan perusahaan ini melaporkan kerugian bersih mencapai 355 juta Euro pada kuartal keempat 2012. Kerugian ini melonjak dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2011.

Kerugian ini disebabkan karena Philips harus membayar denda sebesar 509 juta Euro akibat dugaan tindakan kartel untuk produk televisi. Padahal, pada kuartal keempat tahun 2012, penjualan Philips naik cukup signifikan. “Operasional kami meningkat di semua sektor, karena peningkatan penjualan, pengurangan biaya produksi, dan ekspansi margin kotor,” ujar van Houten.

Sepanjang 2012, total penjualan Philips naik 6,7 persen. Philips pun membukukan penjualan hingga 7,16 miliar Euro. Sejak menjabat, van Hoten telah memangkas 6.700 pegawai atau lima persen dari angkatan kerja untuk efisiensi biaya produksi.

Analis perusahaan ekuitas StarMine meramalkan penjualan Philips selama 12 bulan ke depan meningkat dengan rasio 14,4, dibandingkan dengan 12,5 untuk Siemens (SIEGn.DE) dan 13,4 untuk General Electric (GE.N). Tapi, rasio harga Philips diramalkan sedikit lebih murah dibandingkan Siemens dan GE. Philips berada di level 1,7. Sementara, Siemens berada di level 2,1 untuk dan 1,8 untuk posisi GE.

Sepanjang tahun 2013, Philips menargetkan penjualan produknya bisa meningkat 4-6 persen. Data keuntungan pada ditarget naik  10 sampai 12 persen dan presentase pengembalian modal yang diinvestasikan ditarget bisa mencapai 12-14 persen.

sumber : Reuters/Newser.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement