REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Philips Elektronik menyerah mengikuti perang inovasi di bisnis konsumer elektronik. Perusahaan elektronik asal Belanda ini memilih menjual bisnis audio dan video kepada Japans Funai Electric Co seharga 150 juta dolar, pekan lalu.
Keputusan ini memantapkan Philips untuk hanya berkonsentrasi produksi alat-alat rumah tangga dan alat kesehatan saja. Padahal, selama bertahun-tahun, Philips dikenal sebagai penghasil produk entertainment seperti set televisi, pemutar CD dan DVD berkualitas tinggi.
Rupa-rupanya Philips cukup 'ngos-ngosan' untuk bisa bersaing melawan produk-produk manufaktur asal Asia seperti Samsung Electronics dan LG Electronics. Jika Samsung dan LG terus menerus melakukan ekspansi, Philip justru menjual aset dan memotong produksi.
Pada tahun lalu, produsen lampu terbesar di dunia ini pun sudah menjual sebagian aset dalam bentuk 'joint venture' ke perusahaan berbasis TPV di Hong Kong. Philips masih memiliki 30 persen saham di perusahaan tersebut.
Kini, semakin banyaknya konsumen menuntut perkembangan untuk fasilitas online, musik, games dan film, Philips memutuskan untuk mundur dari bisnis 'hiburan.'
CEO Philips, Frans van Houten mengatakan, di internal perusahaannya penjualan alat yang berbasis hiburan justru kian tidak menguntungkan. Penjualan televisi mencatat angka kerugian.
Di masa depan, kata van Houten seperti dikutip Reuters, divisi konsumen akan fokus pada peralatan seperti alat cukur dan sikat gigi listrik. "Ini merupakan selesar baru dari konsumen," ujar dia.
Dua kelompok produk ini disebut sebagai peluang pasar yang paling menjanjikan. Selain itu, alat pembuat kopi dan jus juga menjadi andalan dari penjualan produk Philips. Pada tahun lalu misalnya, penjualan alat cukur mencapai 10 juta di Cina.