Kamis 31 Jan 2013 18:56 WIB

Pangan Impor Matikan Petani Lokal

Rep: Maspril Aries/ Red: Nidia Zuraya
Impor beras (ilustrasi)
Impor beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Masuknya barang pangan impor ke Indonesia mengundang keprihatinan Masyarakat Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI). Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat MAI Fadel Muhammad menegaskan barang pangan impor yang masuk ke Indonesia lambat laun akan mematikan jutaan petani di Indonesia.

“Bangsa kita ini mampu menghasilkan pangan yang berkualitas dan mencukupi kebutuhan masyarakat. Kalau dibiasakan melakukan impor itu adalah jalan pintas. Sekali dilakukan impor maka psikologis para petani akan menurun,” kata Fadel usai melantik Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) MAI Sumsel,  Kamis (31/1)

Menurut mantan menteri kelautan dan perikanan ini, pada 2011 hampir seluruh komoditi pangan di Indonesia berasal dari luar negeri. Pada 2011 Indonesia pernah mengimpor 3 juta ton beras,

jagung (2,8 juta ton), kedelai (1,8 juta ton), sapi bakalan (600 ribu), dan susu (2,8 juta liter). 

“Jika ingin mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan, impor pangan tersebut harus dihilangkan, karena jumlah impor pangan kita makin hari makin besar,” katanya.

Fadel Muhammad menjelaskan, saat ini terdapat dua pola pikir yang berbeda dalam penanganan kebutuhan pangan di Indonesia. Pertama, ada pemikiran untuk melakukan pengembangan pangan demi kepentingan rakyat.

Pola pikir yang lain, menyatakan penyediaan pangan masyarakat harus tetap terpenuhi, entah bagaimana caranya. “Seharusnya pola pikir pertama yang kita jalankan, jangan hanya berpikir untuk impor pangan. Tapi seharusnya berpikir bagaimam mencari solusi untuk meningkatkan produksi pangan, apakah dengan cara peningkatan kualitas benih?” kata Fadel yang juga Ketua DPP Partai Golkar.

Lebih lanjut Fadel menuturkan, anggaran setiap tahun yang disediakan negara untuk mengimpor barang-barang pertanian mencapai Rp 50 trilun. Anggaran tersebut melebihi anggaran yang ada di beberapa kementrian setiap tahunnya. Atas dasar itu mantan Gubernur Gorontalo itu mengajak seluruh masyarakat, khususnya MAI untuk memerangi pangan impor masuk ke Indonesia. “Kita harus keras dan gempur orang-orang yang tidak memikirkan para petani untuk berpendapatan. Kita harus beranikan diri untuk interpensi pasar dan tolak impor.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement