Rabu 30 Jan 2013 15:45 WIB

RI Belum Prioritaskan Kerja Sama Trans Pasifik

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Indonesia belum mengambil langkah untuk masuk dalam kerja sama perdagangan bebas (Free Trade Agreement atau FTA) dengan negara Trans Pasific Partnership (TPP). Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan pola kerja sama TPP belum menjadi prioritas bagi Indonesia.

"Kami belum bisa menilai apakah hal itu akan membawa benefit buat kita. Kita terus akan kaji," ujar Gita saat ditemui di dalam forum Trade Conference 2013 yang membahas mengenai perdagangan bebas dan terbuka, Rabu (30/1).

TPP merupakan forum sembilan negara yang terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Chili, Malaysia, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat (AS) dan Vietnam. Penghasilan atau GDP negara-negara anggota TPP sebesar 17 triliun dolar AS. Angka perdagangan barang dan jasa mencapai 7 triliun dolar AS. Angka perdagangan ini didominasi oleh Amerika Serikat, yang mencapai 60 persen.

Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengatakan hingga saat ini Indonesia masih mengkaji baik buruknya TPP bagi Indonesia. "Kita masih melakukan observasi dan belum ada keputusan apapun," kata Iman di acara yang sama.

Iman menuturkan skema kerja sama TPP melibatkan pasar 500 juta jiwa. Jika Indonesia bergabung dalam forum ini, kata dia, Indonesia bisa mendapatkan 'bonus' pasar dari Amerika. Namun, konsekuensi jika Indonesia bergabung dalam FTA ini, Indonesia harus menurunkan tarif perdagangan dan membuka sektor perdagangan jasa.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat  mengatakan Indonesia cukup berpeluang meningkatkan pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia jika bergabung dalam forum TPP. Ia mengatakan kerja sama ini berpotensi meningkatkan ekspor ke AS.

Ia mencontohkan ekspor produk tekstil Vietnam ke AS melesat dari posisi 82 menjadi nomor dua. Menurutnya, Indonesia bisa mengalami hal yang serupa jika bergabung dalam kerja sama tersebut. Ekspor tekstil ke AS, ia perkirakan bisa naik 10-15 persen jika bergabung dengan TPP. "Untuk (kerja sama FTA) TPP, tidak ada efek merugikan sektor tekstil dan produk tekstil," ujar Ade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement