REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak di pasar dunia melambung pada Kamis (Jumat pagi WIB), didorong optimisme ekonomi yang lebih besar menyusul indikator ekonomi kuat di Amerika Serikat, Cina dan Eropa.
Kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret di New York Mercantile Exchange (NYMEX), naik 72 sen menjadi ditutup pada 95,95 per barel.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret berakhir pada 113,28 dolar AS per barel, naik 48 sen dari Rabu.
"Kabar ekonomi dari Cina tampak cukup bagus dan ini menambah ... laporan-laporan yang menunjukkan bahwa resesi global mendekati akhir, dan itu membuat orang lebih 'bullish' (bergairah) tentang permintaan minyak," kata Michael Lynch dari Strategic Energy and Economic Research.
Harga minyak telah terus meningkat sejak pertengahan Desember, naik lebih dari 12 persen sejak 10 Desember tahun lalu.
Angka dari bank Inggris HSBC menunjukkan, aktivitas manufaktur China pada Januari mencapai tertinggi dua tahun.
"Cina telah menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan minyak selama sepuluh tahun terakhir dan (jika ada) pertumbuhan yang kuat, itu merupakan indikator yang sangat bullish untuk pasar," kata Lynch.
Juga pada Kamis, klaim pengangguran AS datang di bawah ekspektasi, sebuah hasil kuat yang tak terduga untuk kedua minggu berturut-turut.
Di Eropa, indeks pembelian manajer, sebuah indikator dari kegiatan manufaktur dan jasa, pada Januari mencapai tingkat tertinggi dalam 10 bulan.
"Terlalu dini untuk menyebut ini perubahan dalam ekonomi Eropa, namun beberapa lompatan terlihat begitu," kata analis Chris Low dari FTN Financial.
Optimisme yang lebih besar muncul ketika data mingguan dari Departemen Energi AS menunjukkan bangunan stok minyak lebih besar dari yang diharapkan.