Rabu 23 Jan 2013 17:51 WIB

Perajin Tempe Tuntut Stabilitas Harga Kedelai

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Produksi kedelai laokal.
Foto: Antara
Produksi kedelai laokal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Perajin tahun tempe menginginkan harga kedelai stabil untuk mempermudah perhitungan biaya produksi. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Ayip Syarifudin mengatakan perajin tahu tempe resah akibat harga kedelai terlalu cepat berubah.

"Kami ingin stabil agar perhitungan produksinya bisa mudah. Harga kedelai tiap hari berubah," ujar Ayip, saat ditemui di DPR, Rabu (23/1).

Menurut Ayip, harga kedelai tidak mungkin bisa stabil tanpa didukung tata niaga kedelai yang bagus. Tata niaga itu, ungkapnya, hanya bisa diatur melalui besaran harga patokan pembelian. Beberapa kali perajin kedelai melakukan demo besar sebagai respon harga kedelai yang bergerak sangat fluktuatif. 

Saat ini, harga kedelai ada di kisaran Rp 6.500-Rp 7.000 per kilogram (kg). Ia mengatakan Rp 7.000 per kg merupakan besaran tertinggi yang bisa dibeli oleh perajin agar aktivitas mereka tidak terganggu.

Ia berharap pemerintah bisa segera mengumumkan besaran harga penjualan sebagai patokan perajin membeli kedelai. Dengan begitu, perajin lebih mudah untuk menghitung biaya produksi.

Kebutuhan kedelai untuk industri tahu tempe di Indonesia mencapai 1,83 juta ton. Kebutuhan itu, tersebar di 18 propinsi yang dikelola oleh 177 koperasi tahu tempe. Pada tahun 2012, hanya 783 ribu ton kedelai yang bisa dipenuhi dari dalam negeri. Sisanya sebanyak 1,7 juta ton harus diimpor. N

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement