Kamis 17 Jan 2013 14:35 WIB

Kerugian Nonmaterial Banjir Lebih Besar

Rep: Dwi Murdianingsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Jalan Raya Letjen Soeprapto, Senen, Jakarta Pusat, menuju Senen terendam banjir dengan tinggi sekitar 50 sentimeter atau betis orang dewasa, Kamis (17/1).
Foto: Republika/Bilal Ramadhan
Jalan Raya Letjen Soeprapto, Senen, Jakarta Pusat, menuju Senen terendam banjir dengan tinggi sekitar 50 sentimeter atau betis orang dewasa, Kamis (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Banjir selalu menyisakan kerugian. Sekretaris Jendral Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Harry Warnegara Harun mengatakan salah satu dampak buruk akibat banjir besar adalah transaksi usaha yang tidak bisa dilaksanakan.

Apalagi, kata dia Jakarta merupakan ibu kota negara yang menjadi pusat ekonomi terbesar Indonesia.

Secara kasat mata, kata Harry kerugian yang bisa dihitung dilihat dari kegiatan logistik yang terhenti. Di antaranya banyak kendaraan pengangkut produk tidak bisa melakukan bongkar muat. 

Meskipun di era yang serba online, kata Harry banyak sekali kegiatan ekonomi yang tetap 'mewajibkan' adanya pertemuan antara pelaku bisnis. Harry mencontohkan, tanda tangan penjanjian usaha, tak mungkin bisa dilakukan secara online. Tetap harus ada pertemuan. 'Pertemuan yang tertunda' ini, menurut Harry menyebabkan kerugian yang sangat besar.

"Berapa nilai lost karena imbasnya," ujar Harry, kepada Republika, Kamis (17/1).

Kalau dihitung-hitung, menurut dia kerugian akibat banjir bisa mencapai triliunan. Banjir, kata dia juga menjadi pengalaman yang tidak mengesankan, apalagi bagi tamu asing yang kebetulan sedang berkunjung ke Indonesia. 

Seperti diketahui, presiden Argentina pada hari ini mengunjungi presiden SBY. Menurut Harry, kedatangan presiden Argentina itu membawa 200 pengusaha untuk melakukan temu bisnis dalam dua hari ini. Banjir, menurut dia bisa menjadi kesan yang tidak begitu baik bagi 'calon mitra bisnis' ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement