REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan belum dapat mengungkapkan dampak yang ditimbulkan bagi penerimaan negara apabila bea keluar minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) diturunkan menjadi 0 persen.
Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu Susiwijono menjelaskan pada dasarnya penurunan bea keluar CPO yang dilakukan pada 2012 silam tak lepas dari kondisi pasar global. Oleh karena itu, bea keluar CPO diturunkan menjadi dari sembilan persen pada Desember dan November 2012.
"Itu berpengaruh ke volume ekspor dan tarif CPO," tutur Susiwijono melalui sambungan telepon kepada Republika, Jum'at (11/1).
Sebenarnya, seberapa besar pengaruh CPO terhadap penerimaan negara? Susiwijono menjelaskan, selama ini kontribusi CPO beserta produk turunannya terhadap penerimaan bea keluar memang dominan jika dibandingkan komoditas lain yang terkena bea keluar seperti mineral dan batu bara, kayu serta kulit.
Dari total penerimaan bea keluar sebesar Rp 31,7 triliun di 2013, Susiwojono menyebut CPO diproyeksi menyumbang Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun. Sedangkan produk-produk turunan CPO seperti oleochemichals, biodiesel dan lain-lain menyumbang Rp 14 triliun. Sedangkan minerba dan lain-lain diproyeksi menyumbang Rp 8 triliun.
"Sehingga totalnya diperkirakan bisa melebihi Rp 31 triliun," ujar Susiwijono.
Tingginya target penerimaan bea keluar CPO di 2013 tak lepas dari kondisi perekonomian global yang diprediksi akan membaik. Harapannya, hal ini akan berdampak meningkatnya harga CPO di pasaran sehingga bea keluar dapat diturunkan.