Kamis 10 Jan 2013 17:14 WIB

Menkeu Khawatir Kuota BBM Bersubsidi 2013 Tembus 48 Juta Kiloliter

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Heri Ruslan
 Sejumlah kendaraan antre mengisi bahan bakar jenis pertamax akibat habisnya BBM bersubsidi di salah satu SPBU di jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Senin (26/11). (Republika/Agung Fatma Putra)
Sejumlah kendaraan antre mengisi bahan bakar jenis pertamax akibat habisnya BBM bersubsidi di salah satu SPBU di jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Senin (26/11). (Republika/Agung Fatma Putra)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Menteri Keuangan Agus Dermawan Wintarto Martowardojo mengaku khawatir apabila konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 2013 melebihi 48 juta kiloliter.

Angka tersebut berada di atas kuota BBM bersubsidi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 sebesar 46 juta kl.

"Untuk itu jadi perhatian kami dan kami akan reconfirm kalau memang seperti itu," tutur Agus kepada wartawan di kantor Kementerian Keuangan, Kamis (10/1).

Agus memastikan, Kemenkeu akan segera melakukan pertemuan untuk melakukan koordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sebab, Agus berharap agar kuota BBM bersubsidi tetap berada di level 46 juta kl.  "ESDM bersama jajarannya harus menjaga itu. BBM bersubsidi memang jadi perhatian," kata Agus.

Sebagai catatan, anggaran untuk subsidi BBM pada 2012 kerap mengalami lonjakan akibat bertambahnya volume kuota BBM bersubsidi dalam APBN-P 2012. 

Jika sebelumnya volume kuota BBM bersubsidi ditetapkan sebesar 40 juta kiloliter, pada September 2012, pemerintah dan DPR memutuskan untuk menambah kuota menjadi 44,04 juta kiloliter. 

Pada akhir tahun, volume kuota kembali bertambah sebesar 1,02 juta kiloliter hingga total kuota BBM bersubsidi di 2012 menjadi 45,06 juta kiloliter.

Dalam APBN 2013, kuota untuk BBM bersubsidi mencapai 46,02 juta kiloliter.  Berdasarkan data Kementerian Keuangan, sampai akhir 2012, realisasi belanja subsidi energi mencapai Rp 306,5 triliun. 

Jauh lebih tinggi dibandingkan pagu dalam APBN-P 2012 yaitu sebesar Rp 202,4 triliun.  Rinciannya adalah belanja subsidi BBM, LPG dan BBN sebesar Rp 211,9 triliun atau 54,2 persen lebih tinggi dibandingkan pagu sebesar Rp 137,4 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp 94,6 triliun atau 45,6 persen dibandingkan pagu sebesar Rp 65 triliun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement