Rabu 02 Jan 2013 17:27 WIB

Apes, Krisis di Yunani Menular ke Negara Ini

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Citra Listya Rini
Krisis Eropa (ilustrasi)
Krisis Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Sebuah lawatan manis datang dari Presiden Portugal, Anibal Antonio Cavaco Silva, saat menjejakkan kakinya di Indonesia akhir Mei 2012. Secara terang-terangan, Sang Presiden mengakui bahwa negaranya tengah terimbas dampak krisis ekonomi Eropa.

Presiden Silva mendatangi langsung sejumlah negara mitranya untuk menelisik kemungkinan peningkatan kerjasama ekonomi. Dengan Indonesia, Silva berhasil menandatangani perjanjian ekonomi di bidang energi, perdagangan dan industri. Itu hanya salah satu usaha seorang pemimpin yang berjibaku menyelamatkan negaranya dari krisis.

Tak cukup itu, Portugal bahkan menghapus empat hari libur nasionalnya tahun ini. Hal itu dilakukan demi menggenjot perekonomian negara yang sedang terlilit utang, mulai dari Hari Raya Keagungan Tubuh dan Darah Kristus 'Corpus Christi' dan Hari Raya Santo Santa 'All Saints' Day.'

Nyaris tak ada hadiah Tahun Baru termanis yang diterima rakyat Portugal 2013 ini. Apakah ini pertanda bahwa Portugal bersiap menjadi Yunani berikutnya?

Kepala Eksekutif PIMCO, salah satu perusahaan dana obligasi besar di dunia,  Mohamed El-Erian, sudah memproyeksikan kondisi ini sejak pertengahan tahun lalu. "Portugal akan menjadi Yunani berikutnya akhir 2012. Itu akan menjadi kasus besar," katanya seperti dikutip dari Reuters.

Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menempatkan negara asal pemain sepak bola 'Cristiano Ronaldo' ini diposisi kedua setelah Yunani sebagai satu dari tujuh negara yang pertumbuhan ekonominya terburuk tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi Portugal diproyeksi negatif 1,02 persen. Angka ini berada di bawah rata-rata negara zona euro lainnya.

Sayangnya, Silva tak bisa menahan beratnya beban perekonomian negaranya sendiri. Hal ini berujung pada keputusan bahwa tahun ini pemerintah Portugal kembali mengambil wacana menaikkan pajak. Mulai 1 Januari ini, Portugal memberlakukan kenaikan pajak yang besarnya setara dengan upah pekerja sebulan.

Silva bahkan membawa buku anggaran pemerintahannya itu untuk diperiksa oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Ia kesal pada dirinya sendiri dan merasa bahwa negara tak memperlakukan warganya secara adil. Bahkan, negara sendiri yang menjerumuskan warganya ke jurang krisis yang lebih dalam dengan menaikkan pajak.

"Atas inisiatif sendiri, saya mohon MK untuk memutuskan apakah APBN 2013 ini sudah sesuai dengan konstitusi republik," ujar Silva, dikutip dari BBC, Rabu (2/1).

Silva mengakui bahwa Portugal saat ini tengah berada dalam lingkaran setan akibat penghematan, resesi, juga utang luar negeri yang jumlahnya dua kali lebih besar dibandingkan pendapatan nasionalnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement