REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia bersiap akan menutup perdagangan unggas dengan Cina jika diperlukan. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan virus flu burung yang menyerang itik-itik di Jawa Tengah merupakan virus jenis H5N1 strain baru yang diduga berasal dari Cina.
"Flu burung jenis baru, jenisnya adalah H5N1 yang tampaknya lebih berbahaya untuk itik," ujar Bayu, saat ditemui, Rabu (19/12).
Selain Cina, Indonesia juga bersiap menerapkan penutupan perdagangan dengan negara yang menurut rekomendasi FAO mengalami keadaan yang sama, seperti Vietnam dan Nepal. Bayu mengatakan Indonesia secara resmi sudah menutup sementara perdagangan unggas dengan Australia.
Bayu mengatakan penutupan impor itu atas rekomendasi Kementerian Pertanian yang ditandatangani pada 14 Desember lalu, untuk alasan wabah virus H7N7 yang menyerang unggas di Australia. Sebelumnya, puluhan ribu unggas jenis ayam petelur di New South Wales Australia terdeteksi virus flu burung. Diketahui, virus itu termasuk H7N7.
"Untuk Cina kita melakukan pengawasan intensif untuk melihat apakah kita akan melarang impor dari Cina juga," katanya.
Bayu mengatakan Indonesia hampir tidak mengimpor itik hidup dari Australia. Indonesia, kata dia, hanya mengimpor produk olahan untuk bahan pakan ternak. Secara teoritis menurut dia semestinya virus H7N7 tidak menyebar, namun demi keamanan semua perdagangan unggas dan turunanya akan ditutup.
"Kita melakukan melakukan penutupan perdagangan dengan Australia. Di sana ada H7N7, agak beda tapi tetap kita tutup," katanya.
Bayu mengatakan pada 2005 lalu, Indonesia pernah mengalami wabah flu burung yang mematikan ratusan ekor ayam. Setahun kemudian, flu burung menyebar menyerang manusia. Bayu mengatakan Indonesia perlu berhati-hati terhadap kemungkinan terjadi kasus yang serupa.
"Saya kira kita nggak boleh lengah. Kondisi sekarang memang masih pada unggas, tapi kita harus tetap waspada," katanya.
Bayu mengatakan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian telah melakukan penelitian yang serius untuk mengamati perkembangan yang terjadi. Hingga saat ini, didiga virus itu masih berada di Jawa.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan Gunaryo melakukan kordinasi dengan dinas perdagangan dan industri di Jawa memantau gerakan perdagangan itik dan ayam. Jika diperlukan, akan dilakukan pembatasan perdagangan antar pulau. Namun, karena ada sentra produksi itik seperti Kalimantan Barat, Lampung, Bali maka unggas yang diperdaganglan antar pulau akan dilakukan karantina guna memastikan keamanannya.