REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Dunia corporate social responsibility (CSR) diprediksi melambung tahun 2013 mendatang.
''Dalam kondisi apa pun, dunia usaha pastilah memilih survive dengan pendekatan CSR,'' ucap Ketua Umum Forum CSR Kesejahteraan Sosial, La Tofi, Senin (10/12).
Asumsinya berkebalikan dengan sikap pesimis sebagian besar praktisi CSR. Lantaran pemerintah melahirkan PP Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan terbatas. Sehingga muncul kekhawatiran pelaksanaan CSR menurun.
Beberapa kalangan menilai dengan memberikan kewenangan penuh kepada perusahaan untuk menganggarkan kegiatan CSR, maka bantuan pastilah ala kadarnya. Saat ini, jelas La Tofi, banyak perusahaan yang telah mengintegrasikan CSR sebagai bagian dari strategi bisnis. Sehingga jika perusahaan ingin berkembang, maka CSR pun juga perlu dikembangkan.
Secara angka, pendiri La Tofi School of CSR ini memperkirakan hingga akhir tahun ini dana CSR, baik dari swasta maupun BUMN sekitar Rp 10 triliun. Dengan rincian Rp 4 triliun dari BUMN dan Rp 6 triliun dari perusahaan swasta. Maka, dia pun optimis di tahun 2013 pastilah ada peningkatan besar pelaksanaan CSR.
Direktur CSR PT Astra Agro Lestari Joko Supriyono pun menyatakan pihaknya telah melakukan integrasi CSR dalam bisnis melalui pola plasma. Luas perkebunan Kelapa Sawit AAL mencapai 269 ribu hektar per September 2012.
Sebanyak 77,7 persen dari perkebunan yang tersebar dari Sumatra, Kalimantan hingga Sulawesi ini atau 209 ribu hektar adalah kebun inti perusahaan. Sisanya yakni 22,3 persen atau 60 ribu adalah kebun plasma yang dimiliki masyarakat sekitar kebun inti.
''Bagi CSR adalah kebutuhan, karena selamanya kami akan berada di tengah masyarakat,'' ucap dia.