REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Belum maksimalnya produksi susu yang dihasilkan dari pembibitan sapi perah membuat pemerintah mendorong para pelaku pembibitan sapi perah untuk membentuk asosiasi.
Hal itu disambut baik para pelaku pembibitan sapi perah dan telah bersepakat membentuk Asosiasi Pembibitan Sapi Perah Indonesia.
''Keberadaan asosiasi sangat penting untuk bersama-sama pemerintah bekerja maksimal meningkatkan produksi dan mutu pembibitan sapi perah,'' ujar Abubakar, Direktur Pembibitan Ternak, Dirjen Peternakan & Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, saat meresmikan pembentukan Asosiasi Pembibitan Sapi Perah Indonesia, di Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat (7/12).
Menurut Abubakar, upaya pemerintah dalam melakukan inisiasi dan mengawal pelaksanaan uji zuriat sapi perah nasional sejak tahun 2004 hingga saat ini tidak akan memberikan hasil yang memuaskan tanpa dukungan dari berbagai pihak. ''Untuk itu peranan asosiasi diharapkan pembibitan ternak harus running untuk dapat memenuhi kebutuhan swasembada susu. Asosiasi harus berperan untuk uji zuriat sapi perah,'' tuturnya.
Dijelaskan Abubakar, dalam upaya meningkatkan mutu genetik sapi perah produksi susu di Indonesia maka cara yang paling efektif adalah melalui uji zuriat, yakni pengujian untuk mengetahui potensi genetic calon pejantan melalui produksi anak betinanya. Mutu genetik adalah parameter mendasar untuk dapat menghasilkan keturunan dengan kualitas baik dan kemudian menurunkan sifat-sifat unggul pada setiap keturunannya.
Pelaksanaan Insemisasi Buatan (IB) di Indonesia yang telah berumur puluhan tahun telah menunjukkan hasil yang signifikan. Namun untuk mendapatkan sifat-sifat unggul tersebut, seleksi dan pengujian terhadap pejantan unggul adalah hal mutlak. Uji Zuriat atau juga dikenal dengan nama Progeny Test merupakan serangkaian uji pada calon sapi pejantan untuk mengetahui kemampuan mewariskan sifat-sifat unggulnya pada keturunannya.
Diungkapkan Abubakar, uji zuriat sapi perah nasional periode pertama yang dilaksanakan dari 2004 hingga 2011 telah berhasil melepas empat ekor sapi perah pejantan unggul yang diharapkan dapat meningkatkan mutu genetik sapi perah di Indonesia. ''Pada 2012 ini kembali dilakukan pengujian terhadap tujuh ekor pejantan sapi perah yang diharapkan dapat dilepas sebagai pejantan unggul sapi perah nasional pada 2013 sebanyak empat ekor dan 2015 nanti akan dapat tiga ekor,'' harapnya.
Ali Rachman, kepala balai peternakan dan pembibitan sapi perah Baturraden, Jawa Tengah mengatakan, seekor sapi pejantan yang dikatakan unggul yang belum diketahui kemampuan menurunkan sifat-sifatnya sebelum mengikuti uji zuriat, belum layak digunakan untuk dimanfaatkan dalam program IB secara meluas.
Dalam melaksanakan uji zuriat ini, yaitu dengan menggunakan semen calon pejantan dalam program IB yang dilakukan secara meluas, sehingga nantinya akan diketahui pejantan unggul memang unggul untuk wilayah yang luas. ''Saat ini sudah dikembangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,'' katanya.
Calon pejantan yang akan diuji, terang Ali Rachman adalah bull yang didapatkan dari perkawinan antara sapi perah lokal unggul (elite cow) dengan pejantan unggul (bull) impor. Dengan metoda ini diharapkan keturunannya akan memiliki mutu genetik dan kemampuan adaptasi tinggi.
Tahap berikutnya adalah memanfaatkan bull semen dari keturunan ini kepada sapi betina peternak (Recepient Cow-RC). Anak betina dari Recipient Cow ini disebut Daughter Cow(DC). Daughter Cow inilah yang nantinya menampilkan kualitas calon pejantan unggul dilihat dari pencatatan produksi selama 305 hari perah (Days in Milk).
Adiharto, pakar peternakan dari UGM menyambut baik dengan terbentuknya Asosiasi Pembibitan Sapi Perah Indonesia. ''Keberadaan asosiasi pembibitan dan peran masyarakat peternakan harus dikawal pemerintah. Harus bersinergi, sehingga diharapkan kebutuhan akan susu sapi yang bermutu dapat terpenuhi,'' harapnya.