REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan lepas saham BUMN konstruksi PT Waskita Karya (Persero) antara Rp 320 sampai dengan Rp 405 rupiah per lembar. Rencananya, perusahaan ini akan Ini melantai perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 19 Desember nanti.
"Dengan harga ini, saya harap saham Waskita Karya bisa diserap semuanya oleh pasar domestik," ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan, Selasa (4/12). Saham yang akan dilepas sebanyak 32 persen atau setara dengan tiga miliar lembar saham. Penawaran akan mulai dilakukan mulai 12 hingga 14 Desember.
Dahlan menjelaskan, dalam initial public offering (IPO) Waskita ini, untuk pertama kalinya BUMN tidak menggunakan International Selling Agent (ISA). "Kita mampu kok melaksanakan itu sendiri," katanya. Ia pun mengklaim IPO Waskita juga termasuk rekor karena termasuk penawaran saham perdana terbesar tahun ini. "Nilainya setara dengan Bank Jatim yang IPO tahun lalu," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama Waskita Karya M Choliq mengaku dari aksi korporasi ini pihaknya mengharap mampu memperoleh dana segar Rp1 triliun hingga Rp1,2 triliun. "Sebanyak 60 persen dana itu digunakan untuk modal kerja yang sifatnya permanen dan 40 persen lainnya untuk pengembangan usaha," ujarnya.
Dalam rangka penawaran saham perdana ini, perseroan mempercayakan empat perusahaan sebagai penjamin pelaksana emisi. Antara lain PT Danareksa Sekuritas Persero, PT Mandiri Sekuritas Persero dan PT Bahana Securities Persero.
Hingga akhir Oktober lalu, realisasi pencapaian laba bersih Wakita Karya mencapai Rp 131 miliar. Dari total 120 kontrak yang diincar, Waskita Karya telah mendapatkan kontrak baru pengerjaan sejumlah proyek jalan tol, jembatan, bangunan, serta engineering, procurement, and construction (EPC) dengan nilai sebesar Rp 11 triliun. Angka ini mendekati target yang ditetapkan sebesar Rp12 triliun.
Hingga akhir 2012, perseroan menargetkan laba bersih sebesar Rp 250 miliar. Pada 2013, Waskita Karya menargetkan nilai laba bersih mencapai Rp 350 miliar dengan penjualan diprediksi bisa tumbuh hingga mencapai Rp 11,5 triliun.