REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah akhirnya menandatangani plant of development (rencana pengembangan) kilang gas Tangguh train 3 yang dikelola perusahaan asal Inggris, BP Plc. Penandatangan secara resmi dilakukan akhir pekan lalu.
"Kemarin, Kepala SKS PMigas (Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Hulu Migas) yakni Menteri ESDM sudah menandatangani POD train 3," kata Wakil Menteri ESDM, Rudi Rubiandini, Ahad (2/12). Dengan pembangunan ini diharapkan pasokan gas yang dihasilkan untuk domestik bertambah.
Soal pendapatan train yang sudah eksis sebelumnya dan bakal dipakai untuk membiayai train 3, ia menegaskan, BP sudah menjamin penerimaan negara aman. Ia mengatakan penerimaan negara tak akan dikurangi. "Skemanya trust borrowing scheme (TBS)," ujarnya.
Setelah POD ditandatangani, BP akan memulai tender pembangunan agar train 3 mulai dibangun sesuai rencana awal 2013 nanti. "Kita harap bisa selesai 2018," katanya. Train 3 Tangguh akan menampung gas alam cair (liquified natural gas/LNG) 3,8 million ton per annum (MTPA).
Blok Tangguh berada di Papua Barat. Sebelum pembangunan train 3 ini, Tangguh sudah memiliki train 1 dan 2 untuk mengolah gas menjadi LNG. LNG Tangguh rata-rata diekspor ke luar negeri, di antaranya ke pembeli di Fujian, Cina, dan Jepang.
Sementara itu, pemerintah akhirnya menyusun alokasi terkait pengalihan LNG Tangguh yang batal diekspor ke Sempra Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, karena harga gas jatuh di AS, pembeli dari Sempra menyetop pasokan gas Tangguh.
Angkanya bahkan menjadi 252 kargo, dengan estimasi 42 kargo setiap tahun. Melalui surat Menteri nomor 8115 pemerintah mengatur alokasi LNG untuk pasar domestik dari 2013 hingga 2018 nanti.