REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bidang kepariwisataan, wisata syariah dan religius tak selalu identik dengan ziarah kubur. Anggota Kelompok Kerja Pengembangan Pariwisata Syariah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Riyanto Sofyan, mengatakan, pengembangan industri wisata syariah justru mulai dilirik banyak pewisata dunia.
Dikatakannya, kemarin, wisata syariah bisa diwujudkan dengan standarisasi usaha hotel berbasis syariah, restoran, dan usaha spa syariah. Hal ini, kata Riyanto bisa meningkatkan potensi pariwisata Indonesia.
Pada 2006, wisatawan Timur Tengah mengunjungi Thailand sebanyak 400 ribu orang. Hanya 100 ribu masuk ke Malaysia. Indonesia bahkan hanya dikunjungi oleh 40 ribu orang. Thailand, menurut dia, lebih banyak dikunjungi turis karena memiliki fasilitas pelayanan yang berbasis syariah. Thailand menjadi negara pengekspor produk halal terbesar di dunia.
Pada 2011, potensi pariwisata di Indonesia mencapai 239 juta perjalanan. perputaran uang yang terjadi senilai Rp 158 triliun. Dengan populasi sekitar 88 muslim, diperkirakan 210 juta masyarakat Indonesia menghabiskan pengeluaran belanja sekitar Rp139 triliun.
Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin mengatakan saat ini pemerintah sedang membahas standard mengenai pariwisata syariah. Ditargetkan pada 20 Desember mendatang sudah dihasilkan suatu panduan mengenai standar pariwisata syariah secara umum.
Nantinya, kata Ma’mur travel atau agen perjalanan, hotel, restoran akan disertifikasi oleh kementerian. Sertifikasi itu didasarkan atas rekomendasi dari DSN.
Saat ini, baru ada dua hotel yang mendapatkan sertifikat atau rekomendasi dari DSN. Sementara, Malaysia sudah mempunyai ratusan hotel bersertifikat halal dari majelis ulama setempat. Ada 273 hotel bintang 3-5, 53 hotel bintang 1 dan 2.