REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Musim kemarau panjang tahun ini mendorong produksi garam petani meningkat tinggi. Para petani pun meminta Pemerintah untuk tidak melakukan impor garam.
''Kalau ada impor, garam petani tidak akan terserap pasar,'' ujar petani garam yang juga mantan ketua Asosiasi Petani Garam Indramayu, Juendi, kepada Republika, Selasa (20/11).
Juendi menjelaskan, biasanya, produksi garam petani di Indramayu hanya sekitar 70 - 100 ton per hektare. Namun tahun ini, produksi garam mencapai 120 - 130 ton per hektare.
Akibatnya, tambah Juendi, pasokan garam di tingkat petani menjadi berlimpah. Selain garam yang sudah dijual langsung ketika baru panen, para petani pun masih menyimpan sebagian garam lainnya untuk kebutuhan beberapa bulan mendatang.
Sesuai hukum pasar, terang Juendi, berlimpahnya pasokan telah membuat harga garam menjadi jatuh. Kondisi itu akan semakin parah jika pemerintah melakukan impor garam.
Saat ini, harga garam di tingkat petani hanya berkisar Rp 200 - Rp 250 per kg. Besaran harga itu jauh lebih rendah dari ketentuan Pemerintah yang mencapai Rp 750 untuk KW 1, Rp 550 untuk KW 2, dan Rp 450 untuk KW 3.
''Kalau garam impor masuk, harga di tingkat petani akan semakin jatuh bahkan bisa tidak laku,'' tutur Juendi.
Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon yang juga ketua II Asosiasi Petani Garam Nasional, Insyaf Supriadi, membenarkan berlimpahnya produksi garam petani tahun ini.
Dia menyebutkan, garam yang masih ada di tangan petani di Kabupaten Cirebon dan Indramayu saat ini sekitar 60 ribu ton. Jumlah tersebut, merupakan separuh dari total hasil produksi selama musim tanam 2012. Sedangkan sisanya, sudah dijual langsung oleh petani untuk memenuhi kebutuhan mereka.
‘’Itu karena sepanjang tahun ini musim kemaraunya panjang,’’ tutur Insyaf.