REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surplus Nerasa Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III diperkirakan akan berlanjut di kuartal IV 2012. Surplus tersebut didasarkan pada ekspektasi perbaikan ekonomi global. Tidak hanya itu, surplus transaksi modal dan finansial pun akan kembali meningkat.
"Sehingga NPI secara keseluruhan akan tetap surplus," kata Kepala Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, Jumat (9/11).
Pada triwulan III-2012, NPI berbalik dari defisit 2,8 miliar dolar AS di triwulan II-2012 menjadi surplus 834 juta dolar AS. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada akhir September 2012 meningkat menjadi 110,2 miliar atau setara dengan enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Defisit transaksi berjalan berkurang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat. Penurunan defisit transaksi berjalan dari 7,7 miliar dolar AS atau minus 3,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2012 menjadi 5,3 miliar atau minus 2,4 persen dari PDB pada triwulan III-2012. Perbaikan defisit ini sebagian besar ditopang membaiknya kinerja neraca perdagangan.
Dody mengatakan meski impor menurun tetapi neraca perdagangan mencatat kenaikan surplus yang signifikan. Hal ini karena penurunan impor lebih tajam daripada ekspor. Seiring dengan penurunan impor, pengeluaran jasa transportasi juga ikut berkurang sehingga memperkecil defisit neraca jasa.
Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial meningkat menjadi 6 miliar dolar AS pada triwulan III-2012 dari 5,1 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus tersebut terutama disumbang kenaikan arus penanaman modal asing dan berkurangnya penempatan simpanan penduduk di luar negeri.
Selain itu, investasi portofolio juga berkontribusi positif, khususnya dalam bentuk pembelian saham dan surat berharga negara berdenominasi rupiah oleh investor asing. Perkiraan transaksi berjalan yang defisitnya menurun didasarkan pada ekspektasi perekonomian global dan harga komoditas yang membaik.
Hal itu akan mendorong kenaikan ekspor. Sementara, di sisi transaksi modal, kenaikan surplus akan bersumber dari investasi langsung dan penarikan utang luar negeri.
"Investasi portofolio diprakirakan juga masih akan masuk, di antaranya berasal dari penerbitan obligasi pemerintah dan swasta dalam valuta asing, didukung oleh sentimen positif dari berlanjutnya kebijakan ekspansi moneter di negara-negara maju," ungkap Dody.