REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) diminta untuk mengakuisisi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik Petronas.
Sakitnya usaha hilir Petronas yang ditandai dengan penutupan sejumlah SPBU dinilai sebagai momen baik untuk Pertamina guna melakukan ekspansi.
"Ini kesempatan untuk diambil," kata Direktur Eksekutif Institute Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, Rabu (24/10). "Pasti kalau dilelang Petronas harganya akan murah,".
Ia pun menilai akuisisi ini bisa saja menguntungkan Pertamina. Selain biaya investasi yang lebih rendah karena tak perlu membangun investasi dari nol. "Lagipula, tempat yang sudah dipilih Petronas juga tidak sembarangan," jelasnya. "Karena mereka sudah survey."
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga saat ini hanya terdapat empat SPBU Petronas yang beroperasi. Dari total 19 SPBU, sebanyak 15 SPBU sudah tak beroperasi.
Empat SPBU itu berada di Jakarta dan Medan, Sumatera Utara. Sekitar 15 SPBU di Jakarta sudah tutup sejak 31 Agustus 2012. Kementerian mencatat jebloknya penjualan BBM Petronas di Indonesia menjadi penyebab. Pendapatan tak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina belum mau berkomentar banyak. "Belum ada rencana itu," tegasnya pada Republika. Menurutnya fokus Pertamina saat ini masih pada peningkatan layanan SPBU Pertamina yang ada. "Kita akan terus benahi SPBU kita agar semakin kompetitif," jelasnya.
Meski demikian, ia tak memungkiri pembelian SPBU yang sudah jadi akan menekan biaya investasi yang dikeluarkan perseroan. Namun sayangnya saat ditanya apakah ada pengkajian soal akuisisi ini, ia pun masih belum mau menjawab.