REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rencana PT Perusahaan Gas Negara (Persero) mengakuisisi blok gas di 2012 sulit direalisasikan. Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PGN, Wahid Sutopo menuturkan kemungkinan besar rencana masuk ke bisnis hulu ini baru bisa terlaksana pada 2013 nanti.
"Kita memang akan melakukan 'partisipating interest' di blok yang ada di dalam negeri," ujarnya pada Republika, Senin (22/10). "Tapi kemungkinan baru bisa enam atau sembilan bulan lagi," katanya menambahkan.
Karena, menurut dia, tawar menawar bukan merupakan pekerjaan mudah. Apalagi, ada sejumlah proses yang harus dilalui perusahaan itu. Lagipula, untuk melakukan aksi ini, PGN tak bisa langsung mengakuisisi melainkan menggunakan anak usahanya PT Saka Energi.
"Yang pasti PGN ingin mencari blok gas yang sudah berproduksi di dekat jaringan pipa PGN," tuturnya.
Sementara itu Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup mengaku PGN tengah membidik tujuh blok migas dalam negeri untuk diakuisisi. "Namun, sepertinya yang akan kita ambil ada dua," ujarnya.
Sama seperti Wahid, ia mengatakan blok yang akan diakuisisi lebih pada blok produksi bukan eksplorasi. Pasalnya, pihaknya ingin cepat menggenjot produksi. Meski demikian PGN hanya akan mengambil maksimal 30 persen saham blok migas. Akuisisi salah satu blok ditargetkan bisa selesai akhir 2012 ini. "Total dana yang sudah kita siapkan sekitar Rp 5 triliun," kata Heri.
PGN optimis akuisisi bisa meningkatkan pendapatan perseroan. Mengenai akuisisi blok migas di luar negeri, Heri mengatakan pesimis bisa terealisasi di tahun ini. "Mungkin mundur 2013," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso, mengatakan memang ada rencana untuk mengakuisisi salah satu blok migas di luar negeri. Kemungkinan besar blok yang akan diakuisisi berasal di negara adi kuasa, Amerika Serikat. Selain akuisisi blok, perseroan juga sedang menjajaki blok di Afrika dan Asia. Rencana ini masih dimatangkan kembali.
Di semester pertama 2012, laba bersih PGN tumbuh menjadi 409,82 juta dolar AS. Terjadi kenaikan 7,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 381,22 juta dolar AS.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Wahid juga menuturkan pihaknya sudah mulai menggarap pembangunan 'floating storage regatification unit' (FSRU) Lampung. Menurutnya terminal apung yang semula akan dibangun di Belawan, Sumatera Utara itu sudah dimulai pembangunannya sejak Senin ini.
"Hari ini sudah ada first cut. Konstruksi mulai dibangun. Mungkin 2015 awal selesai," ungkapnya. FSRU nantinya akan mampu menampung gas alam cair (liquified natural gas/LNG) hingga 1,5 juta ton sampai dua juta ton per tahun.