Senin 17 Sep 2012 20:18 WIB

Lima Kiat Benahi Sektor Perdagangan

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Djibril Muhammad
Bayu Krisnamurthi
Foto: Republika/Ade Ismail
Bayu Krisnamurthi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Setidaknya ada lima hal yang harus dilakukan untuk membenahi perdagangan Indonesia. Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan pengusaha dan pemerintah harus bersinergi untuk terus meningkatkan angka perdagangan agar tak terus menerus defisit.

Bayu mengatakan, Indonesia harus berpikir dalam jangka panjang bisa meningkatkan perdagangan. Ia menuturkan pemerintah akan selalu membuat kebijakan yang mempromosikan barang-barang bernilai tambah. "Kita tak hanya mengandalkan dari volume (ekspor) dan harga, tapi juga nilai tambah," ujar Bayu, Senin (17/9).

Menurutnya, peningkatan nilai ekspor tak selalu dilakukan dengan penambahan volume ekspor. Peningkatan ekspor, kata dia, justru bisa dilakukan dengan mengurangi volume ekspor. Ia mencontohkan untuk ekspor komoditas karet. Pemerintah saat ini mengurangi volume eskpor karet agar harga bisa terangkat naik.

Larangan eskpor dalam bentuk rotan mentah, kata Bayu, juga diambil sebagai salah satu kebijakan untuk meningkatkan nilai ekspor yang dilihat dari segi nilai tambah. Ia mengatakan, sebelumnya Indonesia banyak mengekspor rotan mentah, namun setelah larangan ekspor diberlakukan, nilai ekspor perdagangan produk rotan semakin meningkat.

Dalam jangka panjang, Indonesia juga harus lebih memperhatikan perdagangan di sektor jasa. Pasalnya, sektor jasa seperti ritel, supermarket hampir selalu luput dari perhatian. Menurutnya, perdagangan di sektor jasa justru lebih tertinggal dibandingkan perdagangan produk.

Perdagangan jasa termasuk di sektor ritel dan supermarket belum dikuasai pemain Indonesia. Menurut dia, pasar Indonesia yang sangat besar sulit dikuasai jika Indonesia belum unggul di perdagangan jasa. Padahal, keunggulan di sektor jasa lebih menjanjikan dibandingkan sektor produk.

Pada perdagangan produk, keuntungan sebesar 7-8 persen sudah terbilang sangat baik. Namun, keuntungan sebesar 30-40 persen di sektor perdagangan jasa bisa dibilang sangat wajar.

"Kita harus bikin supaya jasa kita juga yang dapat benefit sebesar-besarnya. Tidak bisa membiarkan pasar kita yang besar dinikmati oleh pemberi jasa dari luar padahal kita bisa memberikan hal yang sama," ujar dia.

Ia mengatakan akan sulit bagi Indonesia untuk menguasai perdagangan produk sementara perdagangan jasa belum dikuasai. Bayu menegaskan, sektor perdagangan jasa harus digarap lebih serius.

Perubahan selera konsumen juga menuntut kualitas produk Indonesia bisa lebih ditingkatkan. Maraknya produk-produk dengan merek terkenal membuat produk Indonesia harus bisa menyajikan produk dengan kualitas yang lebih baik. Sebagai pengusaha, ia mengatakan semuanya harus bisa mengikuti permintaan dari konsumen. Saat ini, ada 50 juta penduudk Indonesia yang memiliki daya beli hingga Rp 20 juta per bulan.

Selain itu, untuk meningkatkan perdagangan Indonesia harus konsen terhadap pola distribusi barang. Terkadang mahalnya harga barang di suatu tempat lebih disebabkan pada minimnya infrastruktur dan kurangnya alat transportasi yang memadai. "Tantangan tersebsa dari

kegiatan perdagangan yg perlu kita bahas adalah membuat infrastruktur semakin efisien sehingga perdagangan bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia," kata dia.

Bayu juga mengingatkan agar pengusaha besar lebih terbuka pada peningkatan level UKM. UKM, kata Bayu harus didorong untuk bisa meningkatkan daya saing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement