Selasa 14 Aug 2012 13:42 WIB

Ekonomi Jepang Sedang Terluka

Rep: mutia ramadhani/ Red: M Irwan Ariefyanto
Eko
Foto: Javan.co
Eko

REPUBLIKA.CO.ID,Ekonomi Jepang kembali terluka menapaki kuartal kedua tahun ini. Jika pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya mencapai 1,4 persen, kini Negara Sakura ini harus berpuas dengan pertumbuhan ekonomi 0,3 persen.

Padahal, para ekonom memperkirakan, ekonomi Jepang sebenarnya mampu tumbuh hingga 2,3 persen. Pasalnya, pada kuartal I 2012, produk domestik bruto (PDB) Jepang mengalami kenaikan 5,5 persen. Para analis memperingatkan, pertumbuhan di negara ekonomi ketiga terbesar di dunia tersebut akan terus berlanjut beberapa bulan mendatang di tengah iklim ekonomi global yang tak menentu. "Permintaan domestik kehilangan momentumnya dan ekspor kemungkinan akan kembali melemah sebab masalah utang di Eropa," kata Kepala Ekonom Meiji Yasuda Life Yuichi Kodama, seperti dikutip dari BBC, Senin (13/8) lalu.

Ekonomi Jepang terluka beberapa kali akibat beberapa alasan. Beberapa eksportir, seperti raksasa elektronik Sony Corp dan produsen mobil Nissan Motor Corp, menyatakan pendapatan mereka terpukul akibat penguatan yen. Penguatan yen terjadi akibat perekonomian Cina yang masih bagus, sebesar 7,6 persen, pada kuartal kedua 2012. Meskipun, dibandingkan kuartal pertama masih lebih rendah, yaitu 8,1 persen.

Penguatan yen yang terjadi terus menerus pastinya membebani pendapatan perusahaan di Jepang. Se-hingga, mereka menunda merealisasikan belanja modal. Penguatan yen juga memotong laba operasi Nissan sebesar 328 juta dolar AS atau 25,7 miliar yen menjadi 120,7 miliar yen pada kuartal kedua 2012.

Pemulihan ekonomi di Amerika Serikat yang rapuh dan krisis utang yang terus berlangsung di zona euro juga menjadi penyebab melambatnya perekonomian Jepang. Sebab, keduanya adalah pasar ekspor terbesar Jepang. Pada saat bersamaan, pemerintah Jepang tengah kesulitan meningkatkan konsumsi domestik di negaranya untuk mengimbangi penurunan penjualan asing.

Pengeluaran dan konsumsi rumah tangga di Jepang hanya naik 0,1 per - sen selama periode itu. Jumlah ini bahkan turun 1,2 persen dari tiga bulan sebelumnya. "Kami tahu permintaan eksternal itu kian lemah sedangkan konsumsi dan investasi publik tak cukup kuat mendukung pertumbuhan," kata Kepala Ekonomi Shinkin Asset Management, Hiroshi Miyazaki.

Para analis mengatakan, perlambatan dalam permintaan eksternal dan domestik ini seharusnya mendorong pemerintah memperkenalkan langkah-langkah baru memicu per- tumbuhan. Misalnya, terus merekonstruksi daerah-daerah yang terkena gempa bumi dan tsunami tahun lalu. Rekonstruksi merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jepang selama kuartal pertama.

Menurut Miyazaki, rekonstruksi itu akan meningkatkan pengeluaran.Meski, keuntungan dari pengerjaan tersebut masih belum cukup menutup pelemahan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini. Pekan lalu, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan)  mengumumkan suku bunganya tak mengalami perubahan, masih berkisar 0-0,1 persen

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement