Senin 13 Aug 2012 20:46 WIB

Inilah Manfaat Pinjaman Mikro Bagi Perempuan Indonesia

Rep: Damanhuri Zuhri/ Red: Heri Ruslan
Lambang Exxonmobil
Foto: offshoreenergytoday.com
Lambang Exxonmobil

REPUBLIKA.CO.ID, Secara perlahan, kehidupan Ngatipah berubah. Wanita berusia 28 tahun yang semula hanya mengandalkan hidupnya dari pekerjaan seadanya, mencuci pakaian tetangga mau pun pekerjaan kasar lainnya, kini bisa lega. Berkat pinjaman dari sebuah program lembaga keuangan mikro yang didukung ExxonMobil, Ngatipah mampu mengembangkan usahanya.

Ya, Ngatipah yang memulai harinya pada pukul  04.30 dan baru dapat tidur beristirahat pada pukul 23.30 wib, sehari-hari,  memikul tanggung jawab yang cukup berat bagi perempuan seusianya. Memasak untuk keluarganya serta mencucikan pakaian mereka. Di sela-sela kesibukannya, Ngatipah menjual bahan-bahan kebutuhan di sebuah warung di depan rumahnya di Kabupaten Bojonegoro, Indonesia.

Kini, berkat pinjaman dari sebuah program lembaga keuangan mikro yang didukung oleh ExxonMobil, Ngatipah mengembangkan usahanya. Sekarang, warungnya menyediakan berbagai macam bahan kebutuhan, mulai dari beras, singkong dan pisang, hingga sabun dan sampo. Dari keuntungan berjualan, dia dapat memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya tiga kali sehari—dibandingkan dua kali, sebelumnya. Ketiga puteranya pun saat ini dapat bersekolah.

Peningkatan kesehatan keluarga dan pendidikan anak adalah efek berganda dari program lembaga keuangan mikro dukungan Afiliasi ExxonMobil di Indonesia. Program ini bertujuan mengentaskan kemiskinan dengan cara memasyarakatkan kewirausahaan dan, pada beberapa kasus, membantu mengatasi hambatan budaya bagi para penerima manfaat, khususnya perempuan.

Menurut Erwin Maryoto, Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil, program ini menggabungkan pendekatan Grameen Bank dengan kearifan lokal berupa pertanggungan bersama dan sistem simpan-pinjam. Hal ini memungkinkan tersedianya pinjaman bagi perempuan—yang sebelumnya tak bisa karena tingkat pengangguran, kepercayaan, dan jaminan yang diperlukan oleh sistem perbankan konvensional.

''Para perempuan tersebut menerima pinjaman mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000. Pinjaman tersebut mereka gunakan untuk, misalnya membeli mesin jahit guna mengembangkan bisnis garmen rumahannya, mengembangkan warungnya, mengembang-biakkan ternak dombanya, atau menjual makanan keliling di desanya,'' jelas Erwin kepada Republika, Senin (13/8).

Hasilnya, ungkap Erwin, mereka dapat mengatasi hambatan tersebut, menjadi lebih percaya diri, menghargai diri sendiri, serta menjadi pengambil keputusan yang lebih cermat. Sebagai tambahan, hal tersebut berakibat pada peningkatan pendidikan, kesehatan dan perekonomian keluarga, anak-anak serta masyarakat di sekitarnya.

Sejak 2005, sambung Erwin, ExxonMobil telah menanamkan lebih dari Rp 9 miliar pada program ini. Saat ini, lebih dari 24,000 orang yang tinggal di sekitar daerah operasi Afiliasi ExxonMobil di Indonesia telah menerima pinjaman hingga Rp 27 miliar serta menyisihkan lebih dari Rp 5,2 miliar dalam bentuk tabungan—dengan rata-rata rasio pembayaran berkinerja lancar hingga 96 persen.

Pada contoh Ngatipah, bermula dengan pinjaman Rp 50.000 perlahan ditingkatkan bertahap menjadi Rp 500.000, dengan pembayaran yang lancar dan catatan kredit yang baik. “Sebelumnya, beliau dipanggil dengan nama anak pertamanya—hal yang lumrah dalam budaya patriarki di mana banyak perempuan bahkan tak dapat menuliskan nama mereka, entah karena mereka sudah lupa namanya atau mereka buta huruf,” jelasnya.

Kini, Ngatipah lebih percaya diri dan bangga menggunakan namanya selama pertemuan dengan kelompoknya. Sebagai bagian dari program ini, para perempuan tersebut berkelompok yang terdiri dari lima orang. Seorang ditunjuk sebagai ketua. Seorang bendahara dan sekretaris pun dipilih di antara mereka. Anggota mendapatkan pinjaman lebih dahulu.

Hanya jika semua pinjaman telah dilunasi, barulah ketua akan mendapatkan giliran meminjam. Bunganya ditetapkan dalam kisaran efektif 1,5 – 2 persen per bulan, lebih menguntungkan dibandingkan bunga yang dikutip para rentenir desa di kisaran mengambang 4–6 persen per bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement