REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya impor barang konsumsi menjelang Lebaran membuat pelaku dunia usaha mulai khawatir. Pemerintah pun, menurut pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada, Rimawan Pradiktyo, harus membatasi masuknya produk impor, khususnya dari Cina.
"Produk Cina dengan harga yang jauh lebih murah sangat diminati konsumen di Indonesia sehingga dikhawatirkan akan menggeser produk lokal yang harganya jauh lebih mahal," katanya di Jakarta, Jumat (10/8).
Apabila pemerintah tidak melakukan pengaturan terhadap masuknya produk Cina, menurut dia, dampaknya akan sangat besar. Produk Cina, menurut Rimawan, bisa mengungguli produk lokal yang harganya jauh lebih tinggi sehingga produk lokal tidak diminati konsumen.
Kondisi itu, lanjut dia, pada gilirannya akan mematikan perusahaan lokal. Akibat dari semua itu, perusahaan lokal akan ditutup dan meningkatkan pengangguran di dalam negeri.
"Kondisi ini akan mendorong investasi asing makin berkurang karena mereka mengalihkan dananya ke negara lain yang akan dijadikan basis produksi ke pasar Indonesia," ujarnya. Kondisi itu, kata dia, akan menekan ekspor Indonesia ke pasar dan impor barang dari negara lain akan makin banyak masuk ke Indonesia.
Para investor asing, lanjut Rimawan, kemungkinan akan menginvestasikan dana di Cina maupun di Vietnam ketimbang Indonesia sebagai basis produksi dan mengekspor produknya ke pasar domestik.
"Minat investor akan berubah karena produsen lebih tertarik berekspansi di Cina dan mengekspor barang jadinya ke Indonesia," tuturnya.
Rimawan menambahkan, dengan peningkatan pada impor barang konsumsi, menunjukkan geliat industri nasional belum terlalu pulih meski ada tren meningkat dibandingkan tahun lalu.