REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aneka Tambang (Persero) Tbk mengkhawatirkan krisis ekonomi Eropa yang berkepanjangan bisa mempengaruhi kinerja perusahaan pada 2012. Soalnya, harga komoditas tambang, terutama nikel akan terus merosot.
"Kondisi ekonomi global yang lesu baik di Eropa, Amerika Serikat dan bahkan mulai merambah China membuat harga nikel sekarang sangat rendah sehingga dapat berpengaruh pada kinerja perusahaan," kata Dirut Aneka Tambang (Antam) Alwinsyah Lubis kepada pers di Jakarta, kemarin.
Meski terjadi penurunan harga nikel, menurut dia, kinerja Antam masih terbantu oleh permintaan ekspor feronikel dan bijih nikel yang masih stabil. "Tentunya kami bersyukur permintaan feronikel belum ikut turun pada semester pertama tahun ini," katanya.
Begitu pula realisasi produksi feronikel per akhir Juni 2012 sudah mencapai 51 persen dari target 18 ribu ton tahun ini. Walaupun sejumlah perbaikan sempat dilakukan di pabrik feronikel Antam di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Untuk produksi emas Antam pada semester pertama 2012 sebesar 1.261 kilogram atau lebih tinggi dua persen dibanding periode yang sama 2011.
Ia berharap harga nikel yang kini anjlok hingga 7 dolar per pound atau sekitar 14.500 dolar AS per ton, bisa naik menjadi 9 dolar AS per pound atau 20 ribu dolar per ton pada semester II-2012. "Di sisi lain tonase produksi dan penjualan pada semester kedua diharapkan tidak berubah mengingat permintaan pasar juga tetap," ujarnya.
Saat ini penjualan Antam ke Eropa komposisinya sebesar 25 persen dari total penjualan, sedangkan untuk Korea Selatan mencapai 15 persen. Kemudian Jepang, Cina dan Singapura masing-masing sekitar 10 persen. Penjualan domestik sendiri mencapai 30 persen.