Selasa 24 Jul 2012 15:21 WIB

Mulai Besok Perajin Tahu dan Tempe Mogok Produksi Tiga Hari.

Rep: lilis sri handayani/ Red: Taufik Rachman
Seruan mogok produksi dari Puskopti
Foto: antara
Seruan mogok produksi dari Puskopti

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU – Nasib para perajin tahu dan tempe kini berada di ujung tanduk. Hal itu menyusul terus melambungnya harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Mereka pun mengancam akan melakukan aksi mogok massal sebagai bentuk protes atas kondisi tersebut.

Ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jawa Barat, Asep Nurdin mengatakan, para perajin tahu dan tempe Jawa Barat sudah sepakat untuk melakukan aksi mogok produksi. Hal itu akan dilakukan selama tiga hari, mulai 25 Juli hingga 27 Juli 2012.

‘’Kami juga sepakat menaikkan harga jual sebesar 25 persen,’’ tegas Asep. Kenaikan harga tersebut rencananya dilakukan mulai 28 Juli 2012 setelah aksi mogok produksi.

Asep menambahkan, selain di Jabar, aksi itu juga akan dilakukan di Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Menurut dia, langkah itu terpaksa dilakukan sebagai bentuk protes kenaikan harga kedelai.

Salah seorang perajin tahu di Bungkul, Desa Bojongsari, Kecamatan Indramayu, Syukri, mengatakan, kenaikan harga kedelai sangat memberatkannya. Pasalnya, dia tidak bisa menaikkan harga jual tahu kepada konsumen untuk mengimbangi kondisi tersebut.

‘’Kalau harga tahu saya naikkan, nanti konsumen gak mau beli,’’ ujar Syukri, Selasa (24/7). Syukri menjelaskan, minggu lalu harga kedelai masih Rp 7.700 per kg. Sedangkan awal minggu ini, harganya naik menjadi Rp 8.000 per kg. Dia memprediksi, harga kedelai akan terus mengalami kenaikan.

Syukri mengatakan, biasa membeli kedelai untuk kebutuhan satu minggu. Setiap hari, kedelai yang dibutuhkannya sebanyak 2,5 kuintal. Untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai, Syukri terpaksa mengurangi ukuran tahu yang dijualnya. Meski sering diprotes para pelanggannya, namun dia mengaku tidak memiliki pilihan lain.

Hal senada diungkapkan seorang perajin tempe di daerah Cangkring, Kota Cirebon, Marwan. Dia menerangkan, harga eceran kedelai saat ini sudah mencapai Rp 9.000 per kg. Dia pun mengaku terpaksa mengurangi ukuran tempe yang dijualnya agar tidak rugi. ‘’(Tebal) ukuran tempe saya kurangi dari 5 cm menjadi 4 cm,’’ tutur Marwan.

Selain itu, Marwan pun terpaksa mengurangi kuantitas pencucian kedelai. Dalam kondisi normal, kedelai dicuci sebanyak lima kali. Namun kini, proses pencucian hanya dilakukan dua kali. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi biaya produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement