Senin 16 Jul 2012 11:04 WIB

Ekonom: Pasar Murah Bukan Solusi Tekan Harga

Rep: aldian wahyu, laeny sulistyowati, rina tri handayani/ Red: M Irwan Ariefyanto
Pasar murah minyak goreng kemasan
Foto: Antara
Pasar murah minyak goreng kemasan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom senior dari Indef, Dradjad Wibowo, mengatakan Indonesia merupakan negara yang cukup aneh. Dia beralasan, pada bulan puasa justru terjadi kenaikan permintaan produk makanan. Padahal, semestinya pada bulan puasa permintaan makanan lebih terkendali. “Aneh, tapi sudah jadi hukum ekonomi, permintaan naik harga juga naik,” ujar Dradjad.

Rencana pasar murah yang dilakukan pemerintah, ujar Dradjad, bukan solusi untuk mengatasi kenaikan harga. Harga yang stabil hanya bisa didapatkan jika pemerintah memiliki manajemen stok yang baik. Artinya, jika harga sudah mulai naik di pasaran, pemerintah menambah stok agar harga tetap terkendali.

Namun, kata Dradjad, manajemen stok kini tidak lagi menjadi prioritas. Selain memerlukan biaya yang cukup tinggi, manajemen stok cukup rawan penyelewengan. Ia mencontohkan, ketika Bulog mengontrol harga bahan pokok seperti di era Orde Baru, hal itu menyebabkan potensi korupsi dan monopoli yang cukup besar.

Kementerian Perdagangan berjanji akan memantau perkembangan harga bahan makanan pokok selama bulan puasa. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, belum melihat indikasi adanya spekulan yang menyebabkan kenaikan harga. “Pedagang itu kan ritel, kalau spekulan harus nimbun dan saya tidak lihat itu,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement