REPUBLIKA.CO.ID, Berbeda dengan karyawan yang memiliki penghasilan tetap tiap bulan, mereka yang berpenghasilan tak tetap harus pintar-pintar mengatur keuangan. Ini karena gaji yang mereka terima tidak pasti lantaran tergantung proyek, misalnya.
Menurut perencana keuangan Ahmad Gozali, sebetulnya, pada prinsip pengelolaannya sama saja antara orang dengan penghasilan rutin dan tidak rutin. Mereka penghasilannya tidak pasti baik soal jumlah maupun jadwal umumnya bekerja kreatif atau bekerja secara mandiri. Berpeganglah pada pedoman berikut: "Penghasilan bulan, minggu, atau hari ini tidak dihabiskan untuk bulan, minggu, atau hari ini".
Karyawan memang sudah pasti menerima gaji sebulan sekali, tapi gajinya di bulan ini tidak cuma untuk bulan ini. Nantinya selalu ada masa di mana pengeluaran di bulan tertentu akan lebih besar. Misalnya di akhir tahun, bulan puasa, atau Lebaran.
Untuk jangka lebih panjang lagi, lanjut Gozali, mereka juga mesti bersiap untuk membiayai anak masuk sekolah, membeli rumah dan kendaraan yang tidak terbeli dari gaji bulanan, atau untuk masa pensiun. Itulah mengapa sering kali diulang-ulang untuk melakukan investasi, investasi, dan investasi demi masa depan nanti.
Begitu juga yang penghasilannya tidak tetap. Bukan berarti penghasilan yang besar di minggu ini atau di bulan ini boleh dialokasikan untuk bulan atau minggu ini saja. Pertimbangkan, ke depan akan ada bulan atau minggu tertentu saat kita tidak menerima rupiah dengan jumlah yang sama. ''Malah bukan tidak mungkin, kita tak memiliki penghasilan sama sekali,'' ujarnya dalam satu konsultasi.
Nah, untuk mengelola penghasilan seperti ini, ada beberapa kiat khusus yang bisa diikuti:
1. Jadikan profesi sebagai bisnis, gaji diri sendiri
Hargai dengan baik profesi Anda, apa pun itu, dan anggap itu seperti sebuah bisnis. Dengan begitu, ketika mengatur keuangan kita memosisikannya seperti mengatur sebuah perusahaan. Pisahkan mana uang bisnis dan uang pribadi. Berapa pun penghasilan yang diterima, kumpulkan dulu dalam rekening 'perusahaan', lalu gaji diri kita sendiri dari situ.
Dengan menggaji dengan rutin (bulanan atau mingguan), kondisi dapur bisa lebih stabil. Ini akan mengondisikan kita agar lebih baik lagi dalam mengelola bisnis kecil tersebut. Apalagi, kita tidak menggerogoti uang 'perusahaan' untuk pengeluaran pribadi.
Berapa sih gaji yang pantas untuk diri kita sendiri sebagai pemilik, direktur, sales, marketing, atau sekretaris merangkap office boy dalam bisnis kita ini? Nah, itulah pentingnya tips yang kedua.
2. Buat target penghasilan dan rencana pengeluaran
Ada dua cara untuk menentukan besaran gaji untuk diri sendiri. Pertama, mulai dengan menjawab berapa penghasilan yang diperlukan untuk rumah tangga. Hitung daftar pengeluaran Anda. Jadikan ini sebagai gaji minimal yang harus diambil dari bisnis per minggu atau per bulan. Dengan cara ini, 'perusahaan' kita otomatis sudah memiliki target minimal sekadar untuk bisa membiayai keluarga. Kalau bisa kalikan dua, jadikan ini sebagai target penjualan kita.
Cara kedua adalah mulai dari target penghasilan dulu. Hitung berapa potensi pasar dari usaha kita, berapa klien yang bisa didapat, berapa rencana penjualan, dan lain-lain. Dari sini akan terbayang berapa untung bersih yang boleh dibawa pulang. Jadikan angka ini sebagai bujet bulanan di rumah.
Tapi, bagaimana caranya bisa buat perkiraan penjualan? Kita bisa berkaca dari pemasukan dan pengeluaran di masa lalu. Tidak dicatat? Ya, memang cukup merepotkan untuk selalu mencatat penerimaan dan pengeluaran. Itulah mengapa saya sarankan tips yang ketiga.
3. Masukkan ke bank sebelum digunakan
Walaupun pemasukannya dalam bentuk tunai, usahakan agar selalu dimasukkan dulu ke dalam rekening bank. Mangapa? Sebab, bank akan menjadi 'akuntan' yang baik, yang bisa mencatat semua pemasukan dan pengeluaran, sehingga kita bisa mengevaluasi keuangan kita setiap saat. Di samping itu, ketika akan mengajukan kredit atau pembiayaan ke bank, kita bisa menunjukkan berapa penghasilan kita selama ini.