Ahad 08 Jul 2012 16:07 WIB

Jelang Puasa, Kebutuhan Sirup Naik 200 Persen

Rep: dwi murdaningsih/ Red: M Irwan Ariefyanto
Sirup, ilustrasi
Sirup, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Permintaan produk makanan dan minuman menjelang puasa meningkat 20-30 persen. Sekretaris Jendral Gabungan Industri Makanan dan Minuman (GAPMMI) Franky Sibarani mengatakan untk produk spesifik seperti biskuit dan sirup permintan naik hingga 200 persen. "Biskuit dan sirup masuk kelompok seasonal, saat puasa kapasitasnya penuh. Bisa sampai tiga shift, kalau hari biasa mungkin satu shift," ujar Franky, kepada ROL,  saat ditemui di kantor Kementrian Perindustrian, pekan lalu.

Sebaliknya, perubahan pola makan pada saat bulan puasa bisa menurunkan permintaan untuk produk roti sebesar 30 persen. Franky mengatakan meskipun permintaan produk makanan cenderung naik sebelum lebaran, pengusaha tidak memanfaatkan momen puasa dan lebaran untuk menaikkan harga produk di tingkat konsumen.

Ia mengatakan kenaikan harga makanan dan minuman pada umumnya disebabkan kenaikan bahan baku, kemasan dan energi. Ia bersyukur kenaikan harga gas industri baru dilakukan setelah lebaran. Selema dua bulan terakhir, ia mengatakan tidak ada lonjakan harga bahan baku.

Kenaikan harga, kata Franky mungkin akan dialami oleh industri kecil menangah. Bagi industri kecil masih menggunakan gula kristal putih (GKP). Sementara harga GKP cenderung naik dari sekitar Rp 7.000 menjadi Rp 13.000. "Misalnya sirup slah oleh UKM akan naik. Kalau harga daging naik, sosis nanti naik," kata dia.

Kenaikan harga, tambah Franky juga disebabkan karena langkanya suplay di daerah. Misalnya, 60 persen pabrik mamin berada di Jawa. Jika pengiriman di Sumatra membutuhkan waktu selama 21 hari, hal itu bisa menyebabkan kenaikan harga di Sumatra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement