Senin 16 Apr 2012 10:22 WIB

Mau Investasi? Ini Dia Pilihannya (2)

Rep: desy susilawati/ Red: Endah Hapsari
Sukuk Ritel (ilustrasi)
Foto: Antara
Sukuk Ritel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Jangan taruh seluruh telur dalam satu keranjang. Ungkapan ini pun berlaku jika kita ingin berinvestasi. Jangan pernah memasukkan seluruh dana yang tersedia ke dalam satu instrumen investasi saja. Tentu saja, tujuannya menghindari adanya risiko rugi dalam instrumen investasi.

Maka, tersedia berbagai pilihan investasi yang bisa dilirik jika Anda memang ingin mengembangkan dana yang Anda miliki. Berikut sejumlah pilihannya:

Sukuk

Secara spesifik, keuntungan berinvestasi pada Sukuk Negara Ritel yang berkode SR adalah memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif, investor memperoleh imbalan yang lebih tinggi dari rata-rata tingkat bunga deposito bank BUMN.

Keuntungan lainnya pembayaran imbalan dan Nilai Nominal sampai dengan sukuk jatuh tempo dijamin oleh pemerintah. Imbalan bersifat tetap dan dibayarkan setiap bulan sampai dengan jatuh tempo.

Keuntungan berikutnya dapat diperjualbelikan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar, sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain di pasar sekunder. 

Sukuk juga merupakan investasi yang aman, karena pembayaran imbalan dan nilai nominalnya dijamin oleh Undang-Undang. 

Sukuk adalah investasi yang menentramkan, karena tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah seperti riba (usury), gharar (uncertainty), dan maysir (gambling). Selain itu, prosedur pembelian dan penjualan yang mudah dan transparan.

Di balik kelebihan sukuk ada sejumlah risiko yang perlu diperhatikan. Risiko sukuk dapat dibagi menjadi risiko pasar (market risk), risiko operasional (operational risk) dan risiko ketentuan syariah (shariah compliance risk).

Market risk terdiri dari risiko suku bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dan risiko nilai tukar (foreign exchange rate risk).

Risiko tingkat bunga, sukuk ijarah, Istisna, salam dan yang didasarkan atas fixed rate menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.

Sementara, risiko nilai tukar (foreign exchange rate) adalah sertifikat sukuk didenominasi di dalam dolar Amerika sehingga naik turunnya nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran terhadap investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai rupiah terhadap dolar menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar kepada investor.

Sedangkan risiko operasional sukuk (operastional risk) terdiri dari risiko kegagalan pembayaran (default risk), risiko pembayaran kupon (coupon payment risk), risiko pelunasan asset (asset redemption risk), risiko SPV (SPV specific risk), risiko investor (investor specific risks),  risiko berhubungan dengan aset (risk related to the asset).

Risiko lainnya adalah keterbatasan barang milik negara yang dapat dijadikan  underlying asset. Sukuk merupakan sertifikat pembiayaan yang didasarkan atas jaminan aset rill yang besarnya didasarkan atas aset yang marketable di pasar keuangan global. Semakin banyak aset yang sesuai dengan standar yang ditentukan semakin besar bagi negara untuk mendapatkan pembiayaan dari investor internasional.

Ini menunjukkan bahwa besarnya dana yang diperoleh di dasarkan besar aset yang kita miliki sehingga perlu juga kita memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung bagi persediaan aset yang layak jual.

 

Asuransi Unit Link

Untuk investasi, unit link (UL) mempunyai beberapa keunggulan. Dengan membeli produk ini investor menjadi disiplin menempatkan dana untuk periode jangka panjang. Selain itu, ada insentif investasinya karena bebas pajak. Juga, ada perlindungan asuransi dengan beragam pilihan (berupa rider). Fleksibilitas UL tinggi baik dari sisi proteksi maupun investasi.

Di lain pihak, UL tak luput dari kelemahan. Total minimum premi yang wajib dibayar UL lebih tinggi dari asuransi tradisional. Risiko investasinya pun ditanggung oleh pemegang polis. Dan, investor mesti sabar karena manfaat investasi baru dirasakan secara optimal setelah enam tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement