REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat pasar modal, Satrio Utomo menilai, pergerakan saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) yang stagnan bukan lain disebabkan sentimen pasar atas pemberitaan Garuda yang terbelit oleh tersangka Wisma Atlet, Muhammad Nazaruddin.
"Investor cenderung untuk menahan diri membeli saham Garuda belakangan," ujar Satrio di Jakarta, Selasa (21/2).
Pada perdagangan hari ini, saham GIAA dibuka pada angka Rp 620, dengan nilai terendah di level Rp 610 dan tertinggi tetap berada di harga pembukaan. Jumlah transaksi yang tercatat sebanyak 229 frekuensi dengan volume sebanyak 7.637.500 lembar saham senilai Rp 4,7 miliar.
Satrio mengingat, nilai saham Garuda tampak mulai terjadi stagnansi di level Rp 620 di awal Februari ini. Padahal, akhir 2011 nilai saham Garuda mulai menunjukan kenaikkan positif. "Situasi ini masih akan berlangsung sampai otoritas pasar modal mengeluarkan kebijakan, mau diapakan saham Garuda yang dipunya Nazaruddin ini," lanjut Satrio.
Satrio pun menyarakan untuk investor menahan diri dari membeli saham yang pada penjualan perdananya dipatok di harga Rp 750 ini. "Mending tahan dulu, tunggu apakah Bapepam akan membekukan rekening saja, atau malah bekukan seluruhan perdagangan saham Garuda,"kata dia.
Sebelumnya diberitakan bahwa Nazaruddin membeli saham perdana Garuda senilai Rp 300 miliar dan diduga menggunakan uang hasil korupsi. KPK telah menyatakan untuk meminta Mandiri Sekuritas untuk membekukan rekening Nazaruddin yang mengatasnamakan perusahaan yang dimilikinya untuk membeli saham Garuda.