Ahad 05 Feb 2012 15:53 WIB

ADB Ajak Swasta Terlibat dalam Infrastruktur Hijau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Pembangunan Asia (ADB) mendorong keterlibatan lebih banyak pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur hijau dan mengemukakan tentang langkah perlindungan sumber daya alam yang dapat diambil di kawasan Asia-Pasifik.

"Di sekitar kawasan ini, para pemimpin telah menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi dengan kualitas yang lebih baik adalah dimungkinkan," kata Presiden ADB Haruhiko Kuroda, dalam keterangan tertulis ADB yang diterima di Jakarta, Ahad (5/2).

Menurut Kuroda, pertumbuhan ekonomi dengan kualitas yang lebih baik itu adalah pertumbuhan yang secara bersamaan dapat memenuhi baik kemakmuran ekonomi yang lebih besar maupun menyediakan masa depan yang lebih bersih dan hijau.

Selain itu, ujar dia, kawasan Asia dan Pasifik juga harus melakukan perubahan baik struktural maupun sistemik yang mendalam dalam cara di mana barang-barang dihasilkan dan jasa-jasa diberikan.

"Ekonomi hijau itu sendiri telah menjadi mesin pertumbuhan dan membawa generasi baru dari lapangan pekerjaan hijau sehingga membawa kualitas hidup yang lebih tinggi," katanya.

Ia juga mengatakan, peran lembaga seperti ADB adalah memberdayakan dana sektor publik yang terbatas untuk menyamai tingkat dari jumlah yang jauh lebih signifikan dari modal swasta dalam rangka mencapai pertumbuhan hijau.

ADB telah mendukung pertumbuhan hijau dan pembangunan berkelanjutan melalui sejumlah mekanisme seperti Dana Investasi Iklim. Mekanisme tersebut adalah merupakan kemitraan dari enam bank pembangunan multilateral (termasuk ADB) yang telah berhasil menghimpun dana hingga sekitar 6,5 miliar dolar AS.

Dari jumlah itu, sebanyak 2,5 miliar dolar AS digunakan untuk kawasan Asia dan Pasifik. Presiden ADB berpendapat, kawasan tersebut memiliki kesempatan yang sangat besar untuk melakukan investasi hijau dengan pasarnya yang terus berkembang, masih relatif rendahnya tingkat konsumsi, dan masih adanya kebutuhan besar untuk memenuhi persyaratan infrastruktur yang sangat dibutuhkan.

Ia juga mengingatkan, benua Asia sendiri telah menjadi pemimpin global dalam investasi hijau, dengan banyak di antara negara berfokus pada pembangkit tenaga karbon rendah ('low-carbon').

"Republik Rakyat Cina contohnya, kini menjadi pemasang utama turbin angin dan sistem 'solar thermal' di dunia. India memiliki kapasitas tenaga angin kelima terbesar di dunia," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement