Ahad 22 Jan 2012 06:10 WIB

Hatta: Jangan Khawatirkan Krisis Global Secara Berlebihan

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Heri Ruslan
Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa memberikan paparan singkat usai penayangan paparan kerja MP3EI saat Silaturahmi Nasional (Silatnas) di JI Expo, Jakarta, Jumat (9/12) malam.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa memberikan paparan singkat usai penayangan paparan kerja MP3EI saat Silaturahmi Nasional (Silatnas) di JI Expo, Jakarta, Jumat (9/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Krisis global  diprediksi bakal berdampak terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan krisis global itu sebaiknya disikapi secara wajar saja.

Hatta mengakui, kondisi ekonomi di Eropa memang patut diwaspadai. Begitu juga dengan berbagai gejala pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. Hanya saja, sambung dia, hal ini tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran yang berlebihan.

"Sebab, pengaruh ekspor Indonesia ke Eropa tidak terlalu besar," ujar Hatta yang juga menjabat ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) kepada Republika seusai menghadiri Pelantikan Majelis Pengurus Wilayah ICMI Organisasi Wilayah Jawa Barat Periode 2011-2016 di Bandung, Sabtu (21/1).

Hatta menyatakan, nilai ekspor Indonesia ke Eropa kurang dari sembilan persen dari total ekspor negeri ini. Oleh karenanya, dia yakin kalau krisis global tidak memberi dampak yang terlalu signifikan terhadap perekonomian di Tanah Air. Dia pun optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik daripada tahun sebelumnya yang berada pada angka 6,6 persen.

Sebelumnya, Bank Dunia memperingatkan kepada negara-negara berkembang agar mewaspadai dampak krisis Eropa dan gejala pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. Di Indonesia, kondisi ini diperkirakan akan memberi dampak terhadap berbagai sektor usaha. Salah satunya industri tekstil. Jika krisis tersebut tidak kunjung membaik, sebanyak 100 ribu buruh industri tekstil di negeri ini diperkirakan bakal terancam PHK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement