Selasa 06 Sep 2011 16:47 WIB

Impor Migas Diupayakan Rendah

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Djibril Muhammad
Hatta Radjasa
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Hatta Radjasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah berupaya untuk menekan nilai impor migas yang menyebabkan tingginya impor BBM. Strategi menekan impor migas itu dengan cara mendorong pembangunan industri petrokimia. Strategi itu sangat mendesak untuk dilakukan.

Hal itu disampaikan Menko Perekonomian Hatta Rajasa di kantornya, Selasa (6/9). Menurut dia pembangunan industri hilir pengilangan minyak bumi dan petrokimia harus dimaksimalkan agar dapat meningkatkan produksi dalam negeri.

"Itulah kenapa petrochemical dan oil revenery menjadi salah satu yang diberikan tax holiday. Itu karena kita tidak ingin impor migas semakin besar, semakin menganga," ujar Hatta menegaskan.

Artinya, industri pengilangan minyak bumi dan atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam mendapat fasilitas pembebasan pajak. Impor migas yang diupayakan ditekan adalah adiktif yang mengandung pelumas.

Nilai ekspor Indonesia Juli 2011 mencapai 17,43 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 5,23 persen dibanding ekspor Juni 2011. Bila dibanding Juli 2010, ekspor mengalami peningkatan sebesar 39,55 persen.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantornya, Senin (5/9). Ekspor nonmigas Juli 2011 mencapai 13,62 miliar dolar AS atau turun 7,93 persen dibanding Juni 2011, sedangkan dibanding ekspor Juli 2010 meningkat 28,45 persen.

"Nilai ekspor Indonesia Januari–Juli 2011 mencapai 116,04 miliar dolar AS atau meningkat 36,51 persen dibanding periode yang sama 2010," kata Rusman. Ekspor nonmigas mencapai 92,66 miliar dolar AS atau meningkat 32,44 persen.

Hatta menilai penting adanya pembenahan tata niaga dalam negeri, seperti perluasan pangsa pasar domestik, penataan kinerja industri dalam negeri, dan menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga inflasi. "Jangan sampai perdagangan antarpulau ada pungutan," kata Hatta menegaskan.

Terhadap surplus neraca perdagangan akibat pelemahan ekspor, Hatta menjelaskan melihat itu siklus biasa. Keseluruhan kinerja ekspor, kata Hatta, masih cukup kuat. Meski demikian, pelemahan ekonomi yang terjadi di Cina harus diwaspadai. Hatta optimis nilai ekspor 2011 senilai 200 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement