REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah memberi target kepada Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk mampu merajai pasar kendaraan bermotor Asia Tenggara. Target ini bagi Pemerintah mampu dicapai industri otomotif nasional karena pertumbuhan ekonomi dan manufaktur Indonesia yang meningkat pesat.
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menyatakan bahwa Gaikindo harus konsisten untuk meyakini bahwa Indonesia ialah negara ideal sebagai pusat basis produksi. Bagi Hatta, Indonesia ialah basis produksi terbaik di Asia Tenggara, bahkan lebih dari itu juga di Asia Timur. Apalagi di tahun 2011, ada trend positif dimana angka produksi industri kendaraan bermotor naik 14,1 persen dibandingkan tahun
lalu. "Kita pasti mampu mengungguli Thailand," ucapnya dalam pembukaan Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011, di Jakarta, Jumat (22/7).
Hatta menjelaskan, ia yakin bahwa Indonesia mampu menggungguli negara ASEAN lainnya karena beberapa faktor. Antara lain dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan diatas 6,5 persen dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang mencapai 3500 dolar per tahun.
Begitu juga dengan peningkatan angka kelas menengah, yang ia kutip dari Euro Monitor, bahwa Indonesia akan memiliki 58 persen penduduk dengan pendapatan per kapita diatas 5000 dolar pada 2020 mendatang. Faktor lainnya ialah lawan berat Indonesia di industri manufaktur, yaitu Cina sedang mengalami perlambatan pertumbuhan akibat inflasi dan masalah perburuhan.
Oleh karena itu ia berharap industri otomotif untuk terus berekspansi. Pemerintah pun menurutnya takkan tinggal diam, khususnya dengan menjaga angka inflasi hanya sampai 5,3 persen agar tak menggerus daya beli masyarakat. "Jangan sampai saat industri atau Gaikindo ekspansi terjadi perlambatan," tuturnya.
Pemerintah pun menurutnya juga melakukan percepatan industri dengan menjalankan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3E1). Target yang dibidik menurut Hatta ialah perbaikan infrastruktur agar tak mengganggu mata rantai produksi. "Kunci kita ialah infrastruktur, karena produktivitas meningkatkan daya saing tapi mata rantai dan connectivity ikut meningkatkan daya saing," ujarnya.