Kamis 23 Jun 2011 19:14 WIB

Karet Indonesia Berpotensi Rajai Industri Dunia

Rep: C07/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Perkebunan Karet (Ilustrasi)
Foto: AGROBISNIS-ONLINE.BLOGSPOT.COM
Perkebunan Karet (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Thailand masih dikenal sebagai produsen karet nomor satu di dunia. Namun, ketua Asosiasi Himpunan Tanah Indonesia, Didiek Hadjar Goenadi mengatakan, tahun ini kapasitas produksi karet di negara tersebut sudah mentok.

“Pasar karet dunia akan tergantung pada Indonesia pada 2015 nanti,” ungkapnya kepada Republika, Kamis (23/6). Di Thailand, 2,2 juta hektare lahan karet yang dikelola secara intensif menghasilkan 3,2 juta ton karet. Sedangkan di Indonesia, dengan 3,2 juta hektare lahan biasa sudah menghasilkan karet di atas angka Thailand.

“Produktivitasnya sekarang terus merangkak naik,” lanjut Didiek yang merangkap anggota Komite Penanaman Modal Bidang Agribisnis, Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Industri karet, sejak 2005, sudah diprediksi menjadi industri perkebunan nomor satu di Indonesia. Kondisi tersebut dibenarkan Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto.

Bila  ditambah dengan moratorium hutan, investasi kayu karet akan menjadi andalan. “Masih ada 35,4 juta hektare lahan yang boleh ditanami hutan tanaman berbagai jenis, termasuk karet,” kata Hadi saat diwawancarai di ruangannya, Kamis (23/6).  Tanaman karet tidak bertentangan dengan moratorium karena masih memiliki fungsi hutan.

Nilai ekonomi karet di Indonesia terus meningkat. Luasan lahan karet sebesar 0,2 hektare saja menyerap satu orang tenaga kerja. Satu hektare lahan sawit hanya menghasilkan 10 – 15 juta ton, sedangkan karet menghasilkan dua kali lipatnya.

Mei 2011 lalu, tambah Didiek, harga satu kilogram karet kering di Indonesia mencapai 6,6 US Dollar. “Ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement