REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta mengenalkan konsep Desa Mart.
"Konsep itu diharapkan mampu menjadi solusi bagi para pelaku pasar tradisional untuk menghadapi persaingan dengan pasar modern dan toko retail berjaringan," kata peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (Pustek) Universitas Gadjah Mada (UGM) Awan Santosa di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, konsep Desa Mart mengadaptasi konsep koperasi yang arahnya mempertemukan produsen dari desa dengan konsumen dari kota, dengan menawarkan produk yang memiliki daya saing terutama dari segi kualitas, kuantitas, dan harga.
"Produk yang dipasarkan melalui Desa Mart harus memenuhi dua persyaratan, yakni produk subtitusi dari pabrikan dan produk yang dibuat oleh masyarakat ekonomi kecil," katanya.
Ia mengatakan, konsep koperasi yang diusung Desa Mart akan sejalan dengan program berkesinambungan yang digagas Pustek UGM, yakni perguruan tinggi pasar, sekolah pasar, pasar mandiri, dan bursa koperasi pasar.
"Pengembangan pasar tradisional saat ini harus dilakukan dengan 'recharacter building', revitalisasi koperasi pasar, dan pengayaan fungsi pasar," katanya.
Menurut dia, pengembangan tidak hanya bangunan fisik tetapi juga sumber daya manusia, produk, dan harga.
Pengembangan sumber daya manusia bisa dilakukan dengan pelatihan dan penguatan organisasi melalui sekolah pasar dan perguruan tinggi pasar. "Pengembangan produk dilakukan melalui sentra produksi terpadu agar harga mampu bersaing, di antaranya dengan model pembelian kolektif melalui koperasi," katanya.
Ketua Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) DIY Ananta Heri Pramono mengatakan, ada yang salah dengan kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pasar tradisional dan pasar modern.
Akibatnya, menurut dia, kini banyak pedagang tradisional yang menutup usahanya karena kalah bersaing dengan toko modern berjaringan yang menjamur.
Ia mengatakan, selama setahun ada sekitar 400 pedagang tradisional yang menutup usahanya karena omzetnya terus mengalami penurunan.
"Hal itu perlu disikapi, jangan sampai keberadaan pasar atau toko modern mematikan usaha rakyat," katanya.