Senin 09 May 2011 14:58 WIB

Akhir Mei, Pemerintah-DPR Bahas Harga BBM

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah dan DPR akan membicarakan opsi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar. Pembicaraan menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia dijadwalkan pada akhir Mei 2011.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo di Jakarta, Senin (9/5) mengatakan, pihaknya terus memantau harga minyak mentah dunia setiap dua hari sekali. "Namun, sampai saat ini, kami belum ada opsi kenaikan harga BBM," katanya.

Sejumlah kalangan meminta pemerintah mempertimbangkan kenaikan harga BBM bersubsidi menyusul harga minyak mentah dunia yang terus berada di kisaran 100 dolar AS per barel.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Satya W Yudha meminta pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar sebesar Rp500 per liter.

"Sembari menyosialisasikan dan mempersiapkan infrastruktur program pengendalian yang memang butuh waktu, pemerintah sudah selayaknya menaikkan harga BBM Rp500 per liter," katanya.

Menurut dia, kenaikan harga BBM akan menekan pembengkakan anggaran negara akibat melambungnya harga minyak dunia. "Setiap kenaikan ICP sebesar satu dolar per barel, akan meningkatkan defisit Rp500 miliar. Ini akan menggerogoti APBN," ujarnya.

Evita mengatakan, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) selama satu tahun terakhir atau periode Mei 2010-April 2011 sudah mencapai 90 dolar AS per barel.

"Tapi, beberapa hari terakhir, ICP sempat turun jauh," katanya. Ia menambahkan, pihaknya secara internal tengah membahas intensif perubahan ICP dalam APBN Perubahan 2011.

Sesuai UU tentang APBN 2011, pemerintah dibolehkan menaikkan harga BBM bersubsidi jika rata-rata ICP selama setahun lebih tinggi 10 persen dibandingkan asumsi 80 dolar AS per barel atau 88 dolar AS per barel.

Berdasarkan catatan Tim Harga BBM Kementerian ESDM, harga rata-rata ICP selama setahun yakni periode Mei 2010 hingga April 2011 telah mencapai 89,52 dolar per barel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement