Ahad 16 Feb 2020 11:12 WIB

Kurangi Impor, Tulungagung Jadi Sentra Produksi Cangkul

kelemahan industri kecil menengah adalah masalah modal, pemasaran dan teknologi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja menyelesaikan pembuatan cangkul di Industri Kecil Menengah (IKM) di kawasan CV. Netral Jaya Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (18/12/2019).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Pekerja menyelesaikan pembuatan cangkul di Industri Kecil Menengah (IKM) di kawasan CV. Netral Jaya Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (18/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Kementerian Koperasi dan UKM menjadikan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sebagai pusat produksi cangkul untuk mengurangi impor cangkul saat ini. Para pelaku UMKM di Kabupaten Tulungagung diharap bisa mengembangkan usaha cangkul secara berkelanjutan. 

"Kita bersama-sama melaksanakan keterpaduan dan sinergitas Pilot Project peningkatan kapasitas SDM pelaku usaha bidang kerajinan logam, khususnya cangkul atau pacul," kata Asisten Depurti Pengembangan Kewirausahaan Kemenkop dan UKM, Nasrun, dalam keterangan resmi, Sabtu (15/2). 

Pada akhir pekan ini, pihaknya bersama Kementerian Perindustrian, Badan Litbang Logam, Sekretariat Kabinet, Bank BRI dan Krakatau Steel, memulai pelatihan kewirausahaan bagi perajin cangkul di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Nasrun menjelaskan, kegiatan seperti ini perlu dilanjutkan dan terus ditingkatkan. "Perajin pacul mendapatkan pelatihan selama tiga hari dengan materi seperti manajemen usaha, kualitas produksi, dan literasi keuangan sehingga produksi pacul dapat terstandarisasi dengan sertifikasi SNI," katanya

Menurut Nasrun, program pelatihan ini akan terlihat hasilnya dalam tiga bulan ke depan, dimana produksi dan kualitasnya akan meningkat. Karena itu, komitmen semua lintas pelaku harus tetap dijaga, terutama PT Krakatau steel sebagai pemasok raw material atau bahan baku. 

Salah satu kelemahan IKM,  adalah rendahnya penguasaan teknologi, pasar, hingga permodalan. Itu membuat cangkul dalam negeri  tidak kompetitif. "Saya optimis Indonesia dapat mewujudkan pemenuhan produksi pacul dalam negeri buatan dalam negeri.  Indonesia harus mampu menyediakan produksi barang subsitusi (pengganti) impor", jelas Nasrun.

Nasrun mengajak para pelaku usaha untuk membentuk koperasi agar memiliki kekuatan. Artinya, dengan berkoperasi maka mereka akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam berusaha, dan pembiayaan semakin mudah. 

"Saya mengajak seluruh perajin cangkul agar menyepakati satu brand dan merk atau one branding. Dengan kesamaan produk dan desain, juga kualitas dan harga yang sama. Tujuannya, agar sentra produk pacul di Dusun Kiping, Gondang, Tulungagung, bisa dikenal secara nasional," katanya menambahkan. 

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengatakan siap mendukung segala langkah yang diambil pemerintah pusat dalam pengembangan usaha cangkul di wilayahnya. Jika melihat proses produksi yang masih menggunakan cara tradisional, secara kualitas sebenarnya sudah bagus. Namun, pemilihan bahan baku dan untuk memenuhi kebutuhan pasar,  diharapkan mampu meningkatkan produksi dengan standar SNI. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement