Kamis 21 Nov 2019 16:18 WIB

Bagaimana Nilai Kesuksesan Transformasi Digital Perusahaan?

Transpormasi digital munculkan model bisnis dan proses operasi perusahaan yang baru.

Rep: Febryan A/ Red: Budi Raharjo
CEO Telkomtelstra Erik Meijer (kanan), Senior Research Manager Internasional Data Corporation (IDC) Indonesia Mevira Munindra (tengah), dan Direktur Produk Telkomtelstra Agus F Abdillah, memberikan pemaparan kepada wartawan terkait tranformasi digital perusahaan-perusahaan Indonesia, di Jakarta Selatan, Kamis (21/11).
CEO Telkomtelstra Erik Meijer (kanan), Senior Research Manager Internasional Data Corporation (IDC) Indonesia Mevira Munindra (tengah), dan Direktur Produk Telkomtelstra Agus F Abdillah, memberikan pemaparan kepada wartawan terkait tranformasi digital perusahaan-perusahaan Indonesia, di Jakarta Selatan, Kamis (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cepatnya perkembangan era digital turut memaksa perusahaan konvensional untuk menyesuaikan diri. Meski sudah banyak perusahaan yang melakukan transformasi digital, namun keuntungan dari investasi digital itu tidak diketahui secara pasti. Lalu bagaimana cara mengukur bahwa perubahan itu telah memberikan manfaat, salah satunya keuntungan bisnis ?

Senior Research Manager for Consulting and Heads of Operations pada Internasional Data Corporation (IDC) Indonesia, Mevira Munindra, mengatakan, untuk mengukur keberhasilan keberhasilan transformasi digital dibutuhkan key performance indicator (KPI) yang tepat. Tanpa indikator yang tepat, maka proses transformasi digital hanya tampak menghabiskan biaya tanpa memberikan keuntungan bisnis.

Baca Juga

"Transpormasi digital telah memunculkan model bisnis baru, proses operasi perusahaan dan juga proses baru dalam berhubungan dengan pelanggan. Untuk itu, KPI-nya juga harus mulai berubah," kata Mevira kepada wartawan usai acara Telkomtelstra Digital Summit 2019 di Jakarta, Kamis (21/11).

IDC sendiri memberikan lima indikator keberhasilan transformasi digital bagi perusahaan di Indonesia. Kelima indikator itu bisa sekaligus dijadikan panduan arah transformasi digital yang bisa dilakukan perusahaan.

Pertama, inovasi produk/layanan. Indikator ini digunakan untuk melihat tranformasi digital memebrikan perbaikan pada layanan atau produk yang ditawarkan perusahaan. Tentu ini akan berkorelasi dengan peningkatan.

Kedua, customer advocacy. Yakni, peningkatan layananan kepada konsumen atau pelanggan itu sendiri. Hal ini penting karena akan berhubungan dengan peningkatan pembelian ataupun permintaan jasa. Dan akhirnya juga akan bermuara pada peningkatan keuntungan.

Ketiga, kapitalisasi data. "Untuk menavigasi ekonomi digital, kapitalisasi data akan sangat berguna untuk memetakan kebutuhan pasar dan menentukan produk yang akan ditawarkan," ucap Mevira.

Keempat, operasi bisnis. Yakni proses produksi atau di dalam perusahaan itu sendiri. Sebab, tranformasi digital ikut mengubah pola kerja seperti tempat kerja karyawan.

Kelima, perkembangan karyawan. Indikator ini selain digunakan untuk melihat hasil tranformasi digital pada peningkatan kapabilitas karyawan, tapi juga menjadi penuntun arah pengembangan karyawan agar menjawab perkembangan teknologi.

“Pada 2023, 80% entitas di Asia Pasifik akan menggabungkan KPI digital baru -- yang berfokus pada tingkat inovasi produk/layanan, kapitalisasi data, dan pengalaman karyawan -- untuk menavigasi ekonomi digital,” kata Mevira.

Berdasarkan hasil survei IDC terhadap perusahaan Indonesia, lanjut Mevira, memang 45 persen perusahaan mengakui pentingnya mengukur kesuksesan tranformasi digital guna menentukan tindakan perusahaan selanjutnya. Namun hasil survei itu tak hanya menemukan bahwa KPI menjadi poko perhatian utama para pelaku bisnis.

Hasil lainnya, 70 persen responden menilai strategi investasi digital menjadi tantangan utama. Diikuti 65 persen menilai pengembangan kemampuan dan keterampilan digital menjadi faktor penentu. Dan, 65 persen juga yang menilai struktur organisasi juga menjadi tantangan dalam mengembangkan investasi digital.

Sementara itu, CEO Telkomtelstra, Erik Meijer, mengatakan, menilai pengembalian investasi dari pembiyaan teknologi untuk tranformasi digital memang tak mudah, karena transformasi digital adalah proses yang kompleks. Sebagai perusahaan penyedia jasa transformasi digital, ujar Erik, ia setuju dengan KPI yang diajukan IDC Indonesia.

“Menerjemahkan teknologi ke dalam nilai bisnis dapat membantu perusahaan menentukan metrik untuk mengukur keuntungan investasi berdasarkan kriteria tertentu," ucapnya. Keuntungan investasi, imbuh dia, tak hanya dilihat soal revenue, tapi juga pengurangan biaya produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement