Ahad 27 Oct 2019 14:47 WIB

Laba Industri China Jatuh Terdalam Sejak 2015

Ekonomi China terpukul akibat perang dagang dengan AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja mewarnai celengan berbentuk Picachu di sebuah pabrik di Provinsi Fujian, China.
Foto: Stringer /Reuters
Pekerja mewarnai celengan berbentuk Picachu di sebuah pabrik di Provinsi Fujian, China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Laba di perusahaan industri China menyusut 5,3 persen pada September dibandingkan tahun sebelumnya. Data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) pada Ahad (27/10) ini menandai kejatuhan terdalam industri Negeri Tirai Bambu dalam kurun waktu empat tahun terakhir.

Menurutnya tingkat profit pada September menandai percepatan dari penurunan dua persen pada Agustus. Ini juga menjadi penurunan terbesar sejak Agustus 2015, menunjukkan keseulitan bagi ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut sebagai dampak dari perang dagangnya dengan Amerika Serikat (AS).  

Apabila diakumulasikan pada periode Januari-September 2019, keuntungan gabungan yang dibuat perusahaan industri China turun 2,1 persen dari periode yang sama pada tahun lalu. Dari total tersebut, laba di perusahaan milik negara turun 9,6 persen, sedangkan laba bisnis swasta naik 5,4 persen. Keuntungan di perusahaan industri yang didanai oleh dana asing dan investor Hong Kong pun turun 4,2 persen.

Jika dilihat secara sektor, keuntungan pada minyak bumi, batu bara dan pemrosesan bahan bakar lainnya menyusut 53,5 persen dalam sembilan bulan pertama dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Sedangkan, laba di industri pengolahan logam besi turun tidak kalah dalamnya, 41,8 persen.

Laba sektor manufaktur mobil turun 16,6 persen dan laba di industri tekstil turun 4,3 persen, menurut NBS. Secara umum, keuntungan manufaktur turun 3,9 persen dalam tiga kuartal pertama.

Dilansir di South China Morning Post, Ahad, memburuknya profitabilitas industri merupakan tanda bahwa momentum pertumbuhan organik mengalami pengurangan di Cina. Kondisi ini terjadi meski ada upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan dengan stimulus fiskal yang ditargetkan.

Badan statistik mengatakan, penurunan laba pada September disebabkan harga produk industri yang menurun lebih cepat. Di sisi lain, pertumbuhan penjualan juga mengalami perlambatan.

Indeks harga produsen Cina tercatat merosot ke minus 1,2 persen pada September, akibat permintaan domestik yang lemah. Sementara, ekspor turun tiga persen dengan impor yang lebih melambat karena produsen terus menghadapi tekanan di tengah perang dagang  dengan AS.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Cina sendiri melambat pada kuartal ketiga, yaitu 6,0 persen (year on year yoy), dari kuartal sebelumnya, 6,2 persen (yoy). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement