Selasa 15 Mar 2011 06:20 WIB

Harga Minyak Stabil Setelah Bencana Gempa Jepang

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Harga minyak mentah stabil dari kerugian sebelumnya di New York pada Senin waktu setempat karena pasar mengukur dampak dari bencana gempa bumi Jepang terhadap permintaan dan mempertimbangkan berlanjutnya kerusuhan di dunia Arab. Harga minyak berada di bawah tekanan dari prospek permintaan yang lebih rendah di Jepang yang hancur akibat gempa dan tsunami, perekonomianketiga terbesar dunia dan sangat tergantung pada impor energi.

Tapi penurunan harga minyak dibatasi dengan meningkatnya kekhawatiran pasokan Timur Tengah karena Arab Saudi mengirim pasukan ke Bahrain, kata para pedagang. "Jelas pasar bereaksi terhadap gempa bumi dan tsunami di Jepang di mana kita memiliki banyak kerusakan (dan) sejumlah kilang telah ditutup atau menghentikan kegiatan operasional," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April, naik tipis tiga sen menjadi ditutup pada 101,19 dolar AS per barel, setelah sebelumnya merosot di bawah 99 dolar AS untuk pertama kalinya dalam dua minggu. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk April menetap di 113,67 dolar AS per barel, kehilangan 17 sen dari level penutupan Jumat.

Dalam perdagangan minyak sebelumnya telah berada di bawah tekanan karena pedagang resah tentang berkurangnya produksi dan permintaan dari Jepang, yang hancur di timur laut oleh gempa mematikan dan tsunami besar Jumat lalu. "Minyak menjadi sedikit tertahan di depannya sendiri, turun menjadi 98,47 dolar AS dan kami sedang mengembangkan sedikit tingkat dukungan," ujar Rich Ilczyszyn dari Lind-Waldock

"Pasar mengantisipasi bahwa hal itu akan mengambil cukup waktu untuk menentukan berapa banyak permintaan akan hilang." Penutupan kilang di Jepang diperkirakan menekan permintaan minyak mentah dalam waktu dekat, kata analis Morgan Stanley, Hussein Allidina. "Namun, pembangkit listrik tenaga nuklir mungkin akan offline (mati) untuk jauh lebih lama daripada penyulingan minyak, dan ini pada akhirnya akan membuktikan konstruktif untuk minyak mentah," katanya.

Harga minyak naik setelah diberitakan bahwa Arab Saudi telah mengirim pasukan ke Bahrain untuk membantu memulihkan ketertiban di tengah protes pro-demokrasi di kerajaan strategis Teluk. Tokoh OPEC Arab Saudi adalah pemasok minyak terbesar di dunia. "Isu Bahrain/Saudi ... adalah alasan utama yang mengangkat minyak kembali dari terendah hari ini dalam pandangan saya," kata kepala analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop.

"Konflik Bahrain penting karena terletak dekat dengan instalasi minyak utama Saudi di pantai timur Arab Saudi." Ribuan demonstran terutama Syiah menduduki distrik bisnis Manama, membentuk pusat perbankan regional menjadi kota hantu karena mereka menekankan desakan mereka untuk perubahan demokrasi dari monarki Muslim Sunni.

Pemerintah Saudi mengatakan pihaknya telah merespon panggilan bantuan dari negara tetangganya kerika pasukan yang dipimpin Saudi dari gabungan negara-negara Teluk "Peninsula Shield Force" melintasi jalan lintas yang memisahkan kedua negara.

Investor juga mengikuti kerusuhan di produsen minyak Libya, di mana pemberontak terus memerangi pasukan yang setia kepada pemimpin Moamer Kadhafi. Lembaga negara Libya Senin mengatakan bahwa Kadhafi telah mengundang perusahaan-perusahaan China, Rusia dan India

untuk menghasilkan minyak, menggantikan perusahaan Barat yang telah melarikan diri akibat kerusuhan.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement