REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kembali melemahnya pasar saham dalam negeri memberi sentimen negatif pada pergerakkan mata uang rupiah Kamis pagi. Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta melemah sebesar 33 poin keposisi Rp8.942 dibanding sebelumnya yang berada di posisi 8.909.
Analis pasar uang Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih di Jakarta mengatakan, nilai tukar rupiah dibuka melemah mengikuti pelemahan mata uang Asia lainnya tehadap dolar AS. Pelemahan juga terjadi di bursa Asia, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ia menambahkan, penurunan harga minyak mentah (jenis WTI) yang berlanjut masih akan memberi pengaruh negatif kepada pasar. "Maraknya sentimen negatif itu memicu rupiah tertekan pada pagi ini," kata dia.
Ia mengatakan, untuk terjaganya moneter di dalam negeri Bank Indonesia menawarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka sembilan bulan, sedangkan SBI 6 bulan tidak ditawarkan. "Langkah ini merupakan upaya BI untuk memindahkan tenor SBI ke instrumen yang lebih panjang," katanya.
Dengan kebijakan ini, kata dia, sebagai langkah penguatan kebijakan moneternya dengan perspektif yang lebih panjang. Perubahan ini, lanjut dia, akan membuat pemegang SBI akan beralih pada surat utang negara (SUN). SUN menjadi tumpuan aset penempatan likuiditas.
Ia menambahkan, laporan ekonomi AS yang membaik membuat pelaku pasar menempatkan dananya kedalam dolar AS untuk kedepannya.
"Dollar AS berhasil 'rebound' terhadap mata uang lainnya dipicu oleh data-data AS yang semakin menunjukkan penguatan ekonominya terutama dari sisi meningkatnya penjualan di sektor ritel dan naiknya kredit konsumsi di AS," ujarnya.