Sabtu 20 Nov 2010 02:49 WIB

Impor Tekstil Marak, Industri Domestik Jadi Lesu

Rep: Shally Pristine / Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Foto: Antara
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pelaku industri pakaian jadi memperkirakan, realisasi penjualan domestik tahun ini tumbuh sekitar 8-10 persen dari 2009. Pada tahun lalu, industri pakaian jadi lokal bernilai 292 juta dolar AS dengan volume 487 ribu ton.

Sementara, total konsumsi pakaian jadi di dalam negeri bernilai 6,3 miliar dolar AS dengan volume 1,05 juta ton. Demikian ungkap Direktur Eksekutif Indotextiles, Redma Gita Wirawasta.

Dia melanjutkan, hanya saja sebagian besar pasar pakaian jadi domestik masih dikuasai produk impor, terutama yang ilegal. "Dari total konsumsi 1,05 juta ton, penjualan domestik sekitar 487 ribu ton, impor legal 92 ribu ton, nah sisanya itu impor ilegal atau selundupan," katanya ketika dihubungi wartawan, Jumat (19/11).

Dia mengatakan, grafik penjualan pakaian jadi akan menguat di kuartal keempat tahun ini seiring datangnya Hari Natal dan Tahun Baru, walau penguatannya tidak sebesar saat Idul Fitri.  "Kalau Lebaran itu kontribusinya (terhadap penjualan pakaian jadi) sekitar 20 persen, sementara Natal dan menjelang Tahun Baru biasanya sekitar 5-10 persen," katanya.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun ini mendapat tantangan berat. Tantangan tersebut datang baik dari derasnya impor maupun kenaikan harga bahan baku kapas yang mencatat rekor tertinggi dalam 150 tahun terakhir.

Itulah sebabnya, dia meneruskan, pertumbuhan industri TPT masih belum mencatat angka positif sampai kuartal ketiga 2010. Dia berharap, kinerja di kuartal keempat dapat membaik karena biasanya ada peningkatan penjualan yang signifikan karena Natal dan Tahun Baru. "Tapi ekspor tahun ini rasanya bisa mencapai target yang 10,4 miliar dolar AS," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement