REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penggabungan atau merger antara Bursa Efek Singapura (SGX) dan Bursa Efek Australia (ASX) dinilai tidak akan berdampak signifikan bagi Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan, merger SGX dan ASX tersebut justru dianggap akan semakin menguatkan posisi bursa di Asia Tenggara di lingkup pasar regional.
"Merger SGX dan ASX hanya akan berdampak minimum ke BEI. Memang ada emiten yang listing (mencatatkan diri) di bursa Singapura (SGX) dan Australia (ASX). Tetapi likuiditas pasar kita tidak berpengaruh. Pertumbuhan kita tidak bisa disamakan oleh bursa Singapura," kata Direktur Utama BEI, Ito Warsito kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/10).
Jadi, tegasnya, penggabungan SGX dan ASX tidak akan membuat para emiten di BEI untuk berlomba-lomba pergi ke sana. Ito menambahkan, jika dilihat dari kacamata global malahan penggabungan SGX dan ASX akan memperkuat bursa di Asia Tenggara semakin kuat di kawasan regional.
"Sehingga investor semakin fokus pada regional terutama (bursa) Asia Tenggara. Dengan begitu, bursa Indonesia jadi semakin kelihatan (di mata investor asing)," jelas Ito.
Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito, menambahkan pihaknya akan tetap mewaspadai dampak atas penggabungan SGX dan ASX ini. "Meski begitu, kami tetap akan mempelajari dampak dari adanya rencana penggabungan dari kedua bursa tersebut. Bagaimanapun juga (merger) ini merupakan suatu terobosan besar yang dilakukan oleh suatu bursa di kawasan Asia," ujar Eddy.
Sebagai catatan, merger SGX dengan ASX senilai 8,2 miliar dolar AS ini dilakukan untuk memperluat perdagangan di Asia Pasifik dan berusaha lantai bursa Hong Kong dan Shanghai. Transaksi akuisisi ini akan menjadi konsolidasi pertama bursa utama di Asia Pasifik. Selain itu, merger SGX dan ASX, ini sebagai upaya menghindari ancaman sistem perdagangan alternatif.